Selain Covid-19, Sulut Waspada Demam Babi Afrika

Ketua Asosiasi Peternak Babi Sulut Gilbert Wantalangi juga turut menyampaikan bahwa upaya pencegahan masuknya demam babi Afrika tersebut tidak dapat dilakukan secara mandiri, namun diperlukan sinergitas.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 11 Jul 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2021, 09:00 WIB
Dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Barantan, sampai Juni 2021 pengiriman daging babi asal Provinsi  Sulut mencapai 653 ton.
Dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Barantan, sampai Juni 2021 pengiriman daging babi asal Provinsi Sulut mencapai 653 ton.

Liputan6.com, Manado - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Karantina Pertanian Manado menyebut adanya lonjakan lalu lintas komoditas daging babi yang meningkat signifikan sepanjang tahun 2021. Di sisi lain, Kementan juga mengingatkan Sulut terkait ancaman penyakit demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

Dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Barantan, sampai Juni 2021 pengiriman daging babi asal Provinsi  Sulut mencapai 653 ton. Angka ini meningkat lima kali lipat dibanding lalu lintas pada periode sama di tahun sebelumnya yang hanya 108 ton saja.

Di lain pihak, saat ini penyakit demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) menjadi momok tersendiri bagi para peternak babi di Sulut. Pasalnya hingga saat ini, Sulut masih menjadi salah satu wilayah yang masih bebas ASF.

"Inilah yang harus kita waspadai dan tetap dijaga,” ujar Kepala Karantina Pertanian Manado Donni Muksydayan, Selasa (6/7/2021).

Donni mengatakan, saat ini tujuan didominasi ke DKI Jakarta dan situasi ini sangat menguntungkan para pelaku agribisnis di wilayah kerjanya. Untuk itu, pihaknya melakukan kerja sama dengan seluruh entitas terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap wabah demam babi afrika yang sangat bahaya.

“Karena memiliki tingkat kematian atau mortalitas yang tinggi, yaitu 100 persen. Apalagi Sulut juga memiliki posisi yang strategis sekaligus terjepit oleh wilayah yang terdampak termasuk negara tetangga Filipina,” kata Donni.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Respons Peternak Babi

Ketua Asosiasi Peternak Babi Sulut Gilbert Wantalangi juga turut menyampaikan bahwa upaya pencegahan masuknya demam babi Afrika tersebut tidak dapat dilakukan secara mandiri, namun diperlukan sinergitas.

Para pelaku usaha, peternak maupun pemerintah perlu kerjasama dalam upaya pencegahan masuknya ASF terutama di pintu-pintu pemasukan seperti pelabuhan dan bandara.

“Perlu kerjasama pihak terkait dalam mencegah masuknya ASF ini di Sulut,” ujarnya.

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Badan Karantina Pertanian, Kementan, Wisnu Wasisa mengatakan, tugas perkarantinaan adalah mengawasi keamanan dan mengendalikan mutu pangan dan pakan asal produk pertanian. Pihaknya telah menerapkan sistem pencegahan masuknya ASF dari wilayah wabah.

“Upaya pencegahan yang dilakukan bersama yang didukung oleh seluruh instansi tersebut patut diperkuat, demi menjaga mobilitas bisnis komoditas daging babi khususnya wilayah Sulut yang kini menjadi harapan baru,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya