4 Orang Meninggal karena Covid-19, Pengelola Rusunawa Sewon Ogah Lockdown

Kejadian 4 orang dalam satu keluarga meninggal karena Covid-19 tak lantas membuat pengelola Rusunawa Sewon mengambil tindakan berarti.

oleh Hendro diperbarui 31 Jul 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2021, 08:00 WIB
Petugas Rukti Jenazah
Rusunawa sulit lakukan Lockdown usai 4 penghuni meninggal Akibat Covid-19

Liputan6.com, Bantul - Sebanyak 4 orang dalam satu keluarga yang tinggal di Rusunawa Sewon meninggal dunia karena Covid-19. Keempatnya meninggal dalam waktu yang hampir bersamaan. Kini dalam keluarga itu, masih ada seorang ibu muda bersama dua balitanya yang masih bertahan melawan Covid-19.

Kejadian itu tak lantas membuat pengelola Rusunawa Sewon ambil tindakan. Bahkan ada kesan pengelola membiarkannya begitu saja. Pengelola rusun berkelit, pihaknya sulit melakukan 'lockdown' karena berkaitan erat dengan hajat hidup orang banyak.

"Kalau kita tutup bagaimana mereka bekerja. Rata-rata di sini kan masyarakat berpenghasilan rendah," ujar Kepala UPTD Rusunawa dan Permakaman DPUPR Bantul, Ari Mursukapti, Kamis (29/7/2021).

Pihaknya menegaskan tidak akan menutup rusun, meski hanya lantai di mana keluarga pasien Covid-19 meninggal. Phak rusun hanya akan menyemprot desinfektan saja di lingkungan rusun.

Ari mengatakan sebenarnya orang pertama dari keluarga kecil yang meninggal tersebut tidak terpapar Covid-19. Hanya memang kemudian tiga orang lainnya yang meninggal karena Covid-19. Langkah pengetatan telah mereka lakukan diantaranya adalah membatasi gerak penghuni.

"Pengunjung dari luar kita batasi," katanya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Respons Wakil Rakyat

Ari mengatakan, jika melakukan 'lockdown' maka pihaknya harus menyediakan bantuan minimal bantuan pemakanan. Padahal jumlah penghuni di rusunawa itu sekitar 400 kepala keluarga. Sehingga pihaknya hanya mengambil kebijakan yang aman secara finansial.

"Kami sudah laksanakan pembatasan, tidak boleh kumpul-kumpul, 5 M. Tapi namanya orang banyak ya seperti itulah, ada yang patuh dan ada yang tidak," katanya.

Pihaknya mengakui memang belum melaksanakan rapid test massal kepada warga penghuni rusunawa karena keterbatasan anggaran. Selama ini tidak ada alokasi anggaran untuk pelaksanaan rapid test karena memang harus dilakukan secara mandiri.

Sementara itu, Anggota Komisi C DPRD Bantul, Arni Tyas Palupi mengaku telah mendengar informasi berkaitan dengan adanya warga rusunawa yang meninggal dunia. Pihaknya secara informal sudah menghubungi Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bobot Arifianto. Dan pihak PU sudah mengaku akan menindaklanjutinya.

"Namun sekarang saya belum mendapat laporan secara resmi," ujarnya.

Arni menambahkan seharusnya pihak pengelola menyediakan dua kamar khusus untuk ruang isolasi. Dua kamar yang biasanya digunakan untuk contoh bagi tamu yang berminat tinggal di rusunawa bisa dialihkan sementara untuk ruang isolasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya