Melihat Sejarah Kudapan Geplak, Warisan Budaya Yogyakarta

Geplak, makanan khas Bantul ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada 2018.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Agu 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2021, 07:00 WIB
geplak
ilustrasi/copyright shutterstock.com

Liputan6.com, Yogyakarta - Geplak jajanan khas Bantul ini wajib dicoba saat berlibur ke Yogyakarta. Bukan tanpa alasan, geplak khas Bantul memiliki bentuk unik dengan cita rasa yang khas. Selain itu, jajanan geplak ringan dan awet, sehingga cocok dijadikan oleh-oleh dari Yogyakarta.

Geplak menggunakan kelapa sebagai bahan utama, ditambah gula merah, gula pasir, dan pewarna makanan, kemudian dibentuk bulat-bulat.

Meski tampak sederhana, soal rasa tak perlu diragukan. Rasa manis dan legit geplak dapat membuat ketagihan. Geplak ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada 2018.

Jajanan ini terkait erat dengan Pangeran Pekik, adik ipar Sultan Agung Mataram. Kudapan ini disebut-sebut disajikan sebagai hidangan dalam pernikahan kerajaan Mataram Islam pada saat itu.

Dalam Naskah Mustikarasa yang ditemukan pada 1967 menyebutkan geplak sebagai kudapan yang dapat ditemukan di Yogyakarta beserta cara membuatnya. Dahulu geplak hanya dapat dibuat menggunakan gerabah yang berasal dari Kasongan saja.

Namun, karena gerabah yang digunakan dalam suhu tinggi hanya mampu bertahan empat hari, kemudian diganti menggunakan kenceng. Kenceng yang dipilih pun bukan sembarangan, yakni berasal dari tembaga yang diproduksi di Kotagede Yogyakarta.

Geplak telah mengalami banyak perubahan, sejak abad ke-19 hingga tahun 1960. Geplak srintil disebut-sebut sebagai geplak yang masih autentik dan sama persis dengan kudapan Kerajaan Mataram Islam pada saat itu. Namun, kini geplak srintil hampir tak lagi dapat dijumpai. Warnanya yang kurang menarik dan kurang variasi membuat geplak autentik ini berangsur-angsur hilang.

 

Penulis: Tifani

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya