Liputan6.com, Bali - I Kadek Sukamara, putra kelahiran Buleleng, Bali memiliki pandangan berbeda dalam hidupnya. Dia tak mau sekadar menjalani hidup yang monoton karena bisa membuatnya bosan. Diibaratkan seperti menunggu ajal tiba, tanpa bisa berdaya apa pun bagi sesama.
Berawal dari acara reuni SMA Negeri Seririt Bali angkatan 1999, Komitas Satu Hati ini tergagas. Tepatnya pada 8 Mei 2016, semangat berbagi serta kepekaan sosial kian memacu semangat mereka untuk memedulikan sesama.
Awalnya, pembagian sembako hanya untuk warga sekitar, kemudian berkembang dan meluas dari kabupaten ke kabupaten.
Advertisement
Kegiatan ini rutin dilakukannya sekali di setiap bulan. Semenjak merebaknya pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020, volume pembagian yang sebelumnya satu kali dalam sebulan kian bertambah.
Baca Juga
"Saat ini kami beserta para donator dan relawan turun langsung menemui warga yang terdampak untuk membagikan nasi bungkus dan sembako," kata pria yang akrab disapa Pak Kadek kepada Liputan6.com, Minggu (5/9/2021).
Berbekal informasi dari relawan yang tersebar di 9 Kabupaten di Bali, mereka menemukan sasaran pembagian yang tepat. Ketua yang juga penggagas Kamunitas Satu Hati, I Kadek Sukamara sangat bersyukur atas kerelaan hati serta kesetiaan para donator yang selalu mendukung program berbagi yang dibuatnya bersama rekan-rekan komunitas.
"Untuk support dana, kami dibantu beberapa pihak, antaranya dari Sagha Oil, Yayasan Dharma Bakti Krisna, Norwegian Seafarers Union (NSU), Dharma Baruna NCL, Forum Hindu Telkomsel, serta ratusan donatur umum dan donatur bulanan untuk membantu anak asuh kami," jelasnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Sekolahkan Anak-anak
Tidak hanya di Pulau Bali, komunitas ini juga pernah berbagi ke Jawa Timur, Palu Sulawesi Tengah melalui relawan yang berada di sana.
Saat ini, melalui program anak asuh, Komunitas Satu Hati memiliki 160 data penerima, terdiri dari 55 orang lansia yang diberikan dana sembako sebesar Rp200.000 dan 105 anak yatim piatu yang masih duduk di bangku sekolah dibantu dana pendidikan bulanan per anak mulai dari Rp250.000 sampai Rp400.000.
"Saya berharap anak-anak tersebut bisa dapat ijazah sekolah, kelak akan membantu orangtuanya mendapat kehidupan yang laik," katanya lirih.
Pihaknya harus bertanggung jawab penuh atas amanah dana yang terkumpul. Laporan keuangan pun bersifat terbuka dan terperinci baik ke masing-masing donator maupun melalui laman media sosial Komunitas Satu Hati. Itu sebagai bentuk penghargaan terhadap kepercayaan para donator yang setia berbagi.
Selama pandemi terutama sejak pemberlakuan PPKM, pihaknya membatasi jumlah relawan untuk mengantisipasi kerumunan yang dikhawatirkan menghambat proses pembagian bantuan.
"Kegiatan kami sempat hendak ditunggangi pihak-pihak berkepentingan, mulai dari mereka para calon legislatif yang hendak cari atensi publik, oknum, sampai mereka yang sekadar show off," sebutnya.
Niat baik, kata Kadek, kadang masih saja dimanfaatkan pihak-pihak luar untuk merusak niat tersebut. Terlepas dari itu semua, Komunitas Satu Hati memilih fokus kepada apa yang menjadi tujuan utama yaitu berbagi. "Bagi kami, senyum tulus mereka membuat hidup ini kian berarti," dia menandaskan.
Advertisement