Derita Warga Tepian Danau Limboto Gorontalo Saat Musim Hujan

Musim penghujan merupakan berkah tersendiri bagi petani, waktu tersebut merupakan saat yang tepat bagi mereka bercocok tanam.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 31 Jan 2022, 04:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2022, 04:00 WIB
Pemukiman warga Desa Buhu, Kecamatan Telaga Jaya, Kabupaten Gorontalo menjadi langganan banjir saat hujan (Arfandi/Liputan6.com)
Pemukiman warga Desa Buhu, Kecamatan Telaga Jaya, Kabupaten Gorontalo menjadi langganan banjir saat hujan (Arfandi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Musim penghujan merupakan berkah tersendiri bagi petani, waktu tersebut merupakan saat yang tepat bagi mereka bercocok tanam. Namun berbeda dengan warga Desa Buhu, Kecamatan Telaga Jaya, Kabupaten Gorontalo yang bermukim di bantaran Danau Limboto.

Kala musim penghujan tiba, banjir akan menghantui warga ini. Guyuran hujan dan luapan danau akan mengubah pemukiman mereka menjadi danau.

Jika itu terjadi, maka jalan satu-satunya yang mereka lakukan adalah mengungsi ke tempat yang tidak terdampak. Mulai dari numpang ke rumah warga, keluarga hingga membuat pengungsian sendiri.

Berhadapan dengan banjir berulang seperti ini bagi mereka sudah hal biasa. Setidaknya sejak 2001 mereka memang sudah merasakan dampaknya.

Bahkan pernah terjadi di tahun 2021 lalu, mereka harus tinggal di pengungsian selama tiga bulan. Sembari menunggu pemukiman surut, mereka melakukan seluruh aktivitas mereka di pengungsian.

Simak juga video pilihan berikut:

Kerusakan Hutan

Deri Mustapa, warga Desa Buhu, Kecamatan Telaga Jaya, Kabupaten Gorontalo saat mengayuh perahu menuju rumahnya (Arfandi/Liputan6.com)
Deri Mustapa, warga Desa Buhu, Kecamatan Telaga Jaya, Kabupaten Gorontalo saat mengayuh perahu menuju rumahnya (Arfandi/Liputan6.com)

Ketinggian air diprediksikan mencapai 2 sampai 3 meter membuat mereka memilih meninggalkan tempat itu. Warga yang rumahnya terendam hanya bisa memakai perahu saat mengecek rumahnya.

Maka tak heran jika warga yang terdampak banjir ini kerap kali terserang penyakit. Mulai dari demam berdarah, diare hingga penyakit kulit mengancam mereka.

“Banjir sudah jadi makanan kami saat hujan deras. Rumah pasti terendam, pilihan hanya satu, yakni mengungsi,” kata Deri Mustafa warga terdampak banjir.

“Rumah kami seperti wahana terapung, tapi mau bagaimana lagi. pasrah dan tinggal menunggu pemerintah sadar sendiri,” tuturnya.

Menurut Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gorontalo, tercatat selama 2021, ada 39 kali banjir di 13 kecamatan dari 19 kecamatan di kabupaten itu.

Wilayah yang diterjang yakni, Kecamatan Boliyohuto, Mootilango, Limboto Barat, Tilango, Limboto, Batudaa, dan Tabongo. Korban banjir mencapai 9.362 keluarga dengan 30.024 jiwa.

Kepala BPBD Kabupaten Gorontalo Sumanti Maku mengatakan, selama 2021 wilayah itu cukup parah. Kerusakan hutan bagian di hulu jadi penyebab utama.

"Kemungkinan besar rusaknya hutan menjadi penyebab banjir bandang di Kabupaten Gorontalo. Danau limboto yang sudah tidak mampu menampung, akhirnya airnya meluap ke pemukiman," ia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya