Liputan6.com, Gorontalo - Hingga kini persoalan minyak goreng di Provinsi Gorontalo masih belum usai. Pencabutan harga eceran tertinggi (HET) dirasakan sangat menyusahkan warga. Memang stok minyak goreng kemasan di sejumlah ritel dan supermarket di Gorontalo sudah tersedia, namun harganya gila-gilaan.
Baca Juga
Advertisement
"Waduh, memang stok kami lihat ada, namun bagi kami itu sangat mahal," kata Ridwan Abdullah, seorang warga.
Menurutnya, menjelang Ramadan seharusnya pemerintah menstabilkan harga komoditas dan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi hingga hari ini, persoalan minyak goreng saja tak pernah usai.
"Kami hanya tidak habis pikir, negara yang kaya akan sumber daya alam ini bisa krisis minyak goreng," tuturnya.
"Mereka para pembuat kebijakan memang tidak merasakan, karena semua fasilitas dan kebutuhan ada. Tetapi kami rakyat jelata yang menderita," ungkapnya lagi.
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Minyak Goreng Curah
Tidak hanya itu, dengan kondisi ini kata Ridwan, dirinya harus pergi ke pasar tradisional untuk mencari minyak goreng curah. Namun kenyataanya banyak pedagang yang tidak menjual sesuai HET.
"Di Gorontalo minyak goreng curah dijual per mil. Bayangkan, dengan Rp15 ribu, kami hanya bisa dapat 600 mil," ungkap Ridwan.
"Sementara HET yang ditetapkan oleh pemerintah, minyak goreng curah itu harganya Rp14 ribu per liter atau setara dengan 1.000 mil," imbuhnya.
Di tempat yang berbeda, salah satu pedagang yang namanya tidak mau disebutkan mengaku, jika mereka belum menjual minyak goreng curah sesuai HET.
"Kalau kami jual sesuai HET pemerintah, kami bakal rugi, kami modali dengan harga tinggi tidak mungkin dijual dengan harga rendah," ia menandaskan.
Advertisement