Bagaimana Suasana Saat Kota Jin Sambut Ramadan?

Mengenal Mandi Mogimbalru, Tradisi Warga Gorontalo Utara Sambut Ramadhan

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 04 Apr 2022, 01:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2022, 01:00 WIB
Bahan mandi mogimbalru, Tradisi Warga Gorontalo Utara Sambut Ramadhan (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Bahan mandi mogimbalru, Tradisi Warga Gorontalo Utara Sambut Ramadhan (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Berbagai macam traidisi yang dilakukan masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan. Salah satunya tradisi "Mogimbalru" yang dilakukan masyarakat Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara. Ritual hari pertama Ramadhan.

Ritual Mogimbalru berupa mandi dan keramas dengan bahan-bahan tradisional. Biasanya setiap kepala keluarga melakukan ritual ini di sungai yang tidak jauh dari rumah mereka.

Seperti yang terlihat di sungai Andagile, Desa Kota Jin, Kecamatan Atinggola. Sejumlah warga dengan gembiranya sedang melakukan ritual tersebut.

Mereka mandi di tepian sungai sambil keramas dengan kelapa yang diparut. Parutan kelapa tersebut kemudian dicampur dengan dedaunan yang berbau wangi.

"Macam-macam bahan. Ada daun pandan, daun mayana yang harum, daun kencur, dan masih ada lagi daun wangi yang diolah secara tradisional," kata Rasia Ibrahim.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Tradisi yang Melakat

Rasia mengaku, jika hingga saat ini, tradisi tersebut masih melekat pada masyarakat setempat desa Kotajin. Terlebih bagi mereka penduduk asli Kecamatan Atinggola.

“Karena itu adat yang sudah turun-temurun. Rasanya kalau belum mandi itu, belum pas menyambut Ramadhan,” ungkapnya.

Pemimpin adat di Atinggola, Bate Suharto Pulumoduyo mengungkapkan, tradisi ini diyakini memiliki manfaat untuk meluruskan niat serta membersihkan kotoran dalam diri, baik secara lahiriah maupun batiniah.

Dirinya juga meyakini ritual itu merupakan peninggalan leluhur yang sudah dilaksanakan secara turun temurun. Namun, kini sudah terjadi pergeseran dari warisan para leluhur itu sendiri.

Seperti saat ini, anak muda hanya memahaminya sebagai mandi keramas. Kendati tidak demikian, makna yang terkandung dalam ritual itu sebenarnya harus ada pemahaman khusus ke mereka.

"Ini sesungguhnya memiliki makna membersihkan jiwa dan raga sehingga bersih di dalam maupun di luar, siap sebenar-benarnya menyongsong bulan Ramadhan yang mulia," ia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya