Aktivis Desak Jokowi Hentikan Industri Batu Bara di KCBN Candi Muaro Jambi

Mukhtar Hadi, aktivis pelestari cagar budaya di Desa Muara Jambi, mendesak Jokowi menghentikan aktivitas industri penumpukan baru bara di KCBN Muaro Jambi. Mukhtar Hadi menilai pengembangan situs harus turut menyejahterakan rakyat yang ada di dalamnya.

oleh Gresi Plasmanto diperbarui 08 Apr 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2022, 17:00 WIB
Jokowi di Muaro Jambi
Tangkapan layar Presiden Joko Widodo saat menanggapi Mukhtar Hadi yang meneriakan untuk menghentikan aktivitas industri batu bara di situs KCBN Muaro Jambi. (Liputan6.com/dok Mukhtar Hadi)

Liputan6.com, Jambi - Aktivis pelestari cagar budaya di Desa Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Mukhtar Hadi mendesak Presiden Joko Widodo untuk segera menghentikan aktivitas industri stockpile batu bara di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi. Desakan ini dilontarkan langsung oleh Mukhtar Hadi kepada Jokowi saat kunjungan kerjanya ke Candi Kedaton di kawasan cagar budaya berperingkat nasional, Kamis (7/4/2022).

Berada di antara warga desa yang tengah menyambut kedatangan Jokowi di gerbang Candi Kedaton, awalnya Mukhtar Hadi tak mendapat kesempatan menyampaikan aspirasinya. Diketahui, Jokowi bersama rombongan langsung bergerak masuk ke bangunan Candi Kedaton di KCBN Muaro Jambi.

Setelah keluar dari Candi Kedaton, melewati jalan setepak, Jokowi pun melewati barisan warga yang sedang menyambutnya di pinggir jalan. Jokowi lalu melambaikan tangannya seraya menyapa kehadiran warga.

Mukhtar Hadi yang berada di barisan warga itu langsung menodong Jokowi. Dengan suara yang agak bergetar Borju--sapaan Mukhtar Hadi langsung berteriak kepada Jokowi. Dia mengatakan, Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi masih terancam stockpile batu bara.

"Pak Jokowi... Bapak Presiden, tolong selamatkan kawasan situs Candi Muaro Jambi dari stockpile batu bara," ujar Borju.

Keluhan Borju dan kawan-kawannya sesama pelestari situs Candi Muaro Jambi itu langsung ditanggapi Jokowi.

"Di mana toh?" tanya Jokowi.

Borju pun langsung menjawab. "Di seberang Desa Muara Jambi, ada stockpile batu bara di kawasan situs Candi Muara Jambi ini Pak Jokowi," kata Borju kembali.

"Tapi sudah di..." tanya Jokowi lagi sembari tangannya memeragakan sedang menggali. Jokowi tampak bingung.

"Bapak Gubernur berupaya, semua pihak berupaya, semoga petaka di kampung ini selesai," kata Borju lagi.

Gubernur Jambi Al Haris yang berada di samping Jokowi lantas menjelaskan sedikit terkait persoalan yang ada di KCBN Muaro Jambi. Al Haris menjelaskan dengan volume suara kecil.

Mendapat penjelasan dari Al Haris, Jokowi pun hanya mengangguk-angguk.

"Cagar budaya dikepung oleh industri, Pak Jokowi," teriak Borju.

"Ini kan kita mulai lagi diangkat," kata Jokowi memungkasi pembicaraannya dengan Borju itu.

Belasan Tahun Dikepung Industri Stockpile Batu Bara

Foto 1 Candi Teluk I
Candi Teluk I di Kawasan Cagar Budaya Muarajambi di Kabupaten Muaro Jambi, dalam progres pemugaran. Candi peninggalan masa klasik itu keberadaanya sekarang terkepung oleh stockpile Batu Bara. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Borju adalah warga lokal Desa Muara Jambi. Dia juga selaku pramuwisata di kawasan itu mengaku sudah jenuh dengan persoalan stockpile batu bara di situs Muaro Jambi yang tak kunjung selesai.

Menurut dia, pemerintah pusat perlu mengetahui persoalan ini karena sudah puluhan tahun pemerintah di daerah tak kunjung menyelesaikannya.

"Saya rasa permasalahan ini masih ditutup-tutupi,” kata Borju.

Industri stockpile batu bara itu berada di seberang sungai Batanghari, atau berjarak sekitar satu kilometer dari Candi Kedaton, titik lokasi kunjungan Jokowi.

Borju berharap ada kebijakan pemerintah pusat untuk segera menghentikan atau memindahkan stockpile batu bara, cangkang, minyak sawit, atau industri ekstraktif lainnya yang ada di kawasan candi. Pengembangan situs Candi Muaro Jambi menurut dia, harus berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

"Industri batu bara, dan industri ekstraktif tidak memberikan dampak dan manfaat, yang ada justru merusak dan mengancam situs dan merugikan kesehatan warga karena debunya," kata Borju.

KCBN Muaro Jambi yang memiliki kawasan seluas 3.891 hektare dan menjadi saksi bisu peradaban masa lampau masih terkepung alat berat, pabrik, dan industri stockpile batu bara. Kawasan Cagar Budaya yang berada di sisi selatan Desa Muara Jambi itu seakan tak berdaya menghadapi stockpile batu bara sejak satu dekade terakhir.

Stockpile adalah tempat penumpukan batu bara. Batu bara di stockpile itu didatangkan dari sejumlah daerah di Jambi, kemudian diangkut kapal tongkang lewat jalur perairan Sungai Batanghari. Tahun 2010, ekspansi stockpile batu bara semakin tak terbendung.

Begitu pula sejak 2011, Borju–begitu sapaan akrab Mukhtar Hadi–mulai menolak keras keberadaan stockpile batu bara yang berada di seberang desanya. Suara-suara penolakan terus digaungkan dengan lantang, baik itu lewat puisi ataupun kampanye dan aksi.

Tapi suara-suara penolakan itu oleh pemangku kebijakan dianggap angin lalu. Bangunan candi dan struktur reruntuhan bata, atau disebut menapo, sampai kini masih terkepung alat berat, pabrik, dan stockpile batu bara.

Tumpukan ratusan ribu ton "emas hitam" yang menggunung dengan aktivitas alat beratnya di beberapa titik lokasi menjadi ancaman serius terhadap pelestarian cagar budaya. Karena lokasi stockpile batu bara yang begitu dekat, Borju khawatir debu batu bara bisa mempercepat pelapukan bangunan candi.

"Pengembangan kawasan cagar budaya harus memberikan manfaat kepada warga yang ada di dalamnya," ujar Borju.

Kawasan Percandian Muarajambi telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional dengan satu ruang geografis mencapai 3.981 hektare melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No: 259/M/2013.

Cagar Budaya Muarajambi mencakup tujuh wilayah desa di Kabupaten Muaro Jambi. Ketujuh desa tersebut adalah Desa Dusun Baru, Danau Lamo, Muara Jambi, Kemingking Luar, dan Kemingking Dalam, serta Desa Teluk Jambu dan Dusun Mudo.

Kalangan arkeolog dan ahli sejarah menyatakan Kawasan Percandian Muarajambi merupakan tinggalan kebudayaan klasik masa Sriwijaya dan Melayu Kuno.

Kawasan tersebut juga menjadi pusat pendidikan agama Buddha abad VII-XIII, yang terluas di Indonesia dan Asia Tenggara. Dahulu pada tahun 671 Masehi, seorang pengelana asal Tiongkok I-Tsing, atau Yi Jing, mencatat, ribuan biksu dari Thailand, India, Srilanka, Tibet, Cina, datang ke Muarajambi untuk memperdalam ilmu sebelum ke Nalanda (saat ini kawasan Bihar di India).

Peradaban Muarajambi ratusan abad silam memang sudah kesohor. Dalam sejarahnya, sebagaimana ditulis Swarnadwipa Muarajambi (Sudimuja), Maha Guru Buddha Atisa Dipamkara Shrijnana pernah tinggal dan belajar di Candi Muarajambi, Sumatera, selama 12 tahun lamanya, atau sekitar tahun 1011-1023 Masehi.

Seiring berputarnya waktu, Kawasan Cagar Muaro Jambi telah didaftar ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia atau world heritage. Namun, sejak 2009 diusulkan dan bernomor registrasi 5.695, Cagar Budaya Muarajambi tak kunjung ditetapkan menjadi warisan budaya dunia.

Pemerintah terus bergembar-gembor soal warisan budaya dunia untuk Cagar Budaya Muaro Jambi itu. Namun upaya mendapatkan pengakuan UNESCO bisa gagal kalau pemerintah tidak mampu memindahkan stockpile batu bara di dalam kawasan yang menjadi tinggalan arsitektur para leluhur masa lampau.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya