Penanganan Kemiskinan Jadi Kunci Penurunan Stunting di Sulteng

Pemerintah Sulawesi Tengah mencanangkan Gerakan Cepat Komitmen Bersama Penurunan Stunting Terintegrasi Penurunan Kemiskinan.

oleh Heri Susanto diperbarui 24 Agu 2022, 02:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 02:00 WIB
Pemeriksaan balita di Posyandu di Kota Palu
Pemeriksaan balita di Puskesmas di Kota Palu. Puskesmas menjadi salah satu fasilitas kesehatan yang berperan dalam upaya penurunan angka stunting di Sulteng. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Sigi - Pemerintah Sulawesi Tengah mencanangkan Gerakan Cepat Komitmen Bersama Penurunan Stunting Terintegrasi Penurunan Kemiskinan. Program itu diharapkan mampu menurunkan angka balita stunting di Sulteng. Mengingat angka stunting di Suteng tertinggi ke-8 se-Indonesia.

Gerakan yang dicanangkan di Desa Pakuli, Kabupaten Sigi, itu merupakan bagian dari respons Pemda Sulawesi Tengah di tengah masih tingginya angka balita kekurangan gizi atau stunting.

Sasaran prioritas yakni ibu hamil dan keluarga berisiko stunting akan mendapat intervensi pemda. Tidak sekadar pemberian makanan tambahan serta pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil dan balita kurang gizi, namun juga dengan program pengentasan kemiskinan yang melibatkan organisasi perangkat daerah maupun kementerian. Sebanyak 6 desa di Kabupaten Sigi dan Parigi Moutong menjadi lokasi pertama pelaksanaan gerakan tersebut.

“Ini menjadi Role Model bagi desa-desa lainnya di Sulawesi Tengah dalam upaya menurunkan stunting lebih cepat dan efektif. Tahap awal akan dilaksanakan di dua kabupaten,” kata Kepala Bappeda Sulteng sekaligus ketua Tim Gercep Penurunan Stunting Terintegrasi dengan Kemiskinan, Cristina Sandra Tobondo, akhir pekan kemarin.

Berdasarkan data BKKBN, persentase balita stunting di Sulteng masih di angka 29,7 persen atau di atas rata-rata persentase nasional yakni 24 persen. Sebaran penderita juga disebut merata di 13 kabupaten maupun kota. Prevalensi stunting di Sulteng bahkan tertinggi ke-8 se-Indonesia.

Stunting atau kekurangan gizi pada balita dan anak sendiri terjadi karena ibu tidak mendapat makanan sehat dan bergizi sehingga anak dalam kandungannya kekurangan nutrisi. Kurangnya vitamin dan mineral yang dikonsumsi juga memengaruhi kondisi malnutrisi janin.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya