Fokus Pemberdayaan Perempuan, Denica Felisch Berhasil Gandeng 1.500 Perajin Kain Lokal

Pendiri brand SukkhaCitta berhasil memberdayakan perempuan sebagai perajin kain lokal

oleh Sefan Angeline Reba diperbarui 28 Sep 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2022, 19:00 WIB
Denica Flesch, Founder SukkhaCitta
Denica Flesch, Founder SukkhaCitta (instagram.com/denicaflesch)

Liputan6.com, Jakarta - Keterbatasan ruang dan modal bagi para perajin dapat dikatakan menjadi momok tersendiri yang akan menghambat peningkatan skala usaha apalagi pada industri fashion.

Itulah yang membuat Denica Flesch selaku founder dan CEO dari brand SukkhaCitta membuat perubahan di industri fashion dengan menggandeng lebih dari 1.000 perempuan perajin kain lokal.

Ia menceritakan sedikit pengalamannya pada talkshow yang diselenggarakan oleh Dekranas RI di Hall A JCC pada Jumat (23/9/2022), mengenai awal mula kecintaannya terhadap tenun sehingga bisa meningkatkan pemberdayaan terhadap perempuan. 

"Aku enggak pernah kepikiran bahwa ternyata di balik baju yang kita pakai itu ada begitu banyak cerita dan perjalanan dan selisih sosial yang sebetulnya tersembunyi di dalam itu. Akhirnya aku memutuskan untuk memulai SukkhaCitta karena yang aku temukan adalah 98 persen dari perempuan yang membuat pakaian kita itu tidak bisa mendapatkan dana bahkan di atas UMR," paparnya.

Pameran KAPAS Ajak Pecinta Fesyen Melindungi Lingkungan Hidup
Founder of SukkhaCitta, Denica Riadini-Flesch dan Chief of Sustainability Officer SukkhaCitta, M. Bertram Flesch melihat hasil karya pengrajin lokal pada pameran SukkhaCitta bertajuk KAPAS di ASHTA District 8, Jakarta, Jumat (22/4/2022). Pameran fesyen yang diproduksi pengrajin lokal merupakan bentuk sustainability Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation dengan memberikan dana hibah kepada SukkhaCitta yang digunakan untuk memberikan pelatihan kepada lebih banyak pengrajin lokal, serta meningkatkan kapasitas produksi. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Denica juga menegaskan bahwa isu-isu kain ini sangat berhubungan erat dengan isu ekonomi. "Ketika pembuatnya atau ibunya hidup dalam kemiskinan, maka ia tidak akan bisa merasakan bahwa ternyata karyanya itu berharga dan secara langsung dianya (perajin) pun berharga," ujar Denica. 

Di balik brand SukkhaCitta, kesuksesan dalam meningkatkan pelaku usaha bukan hanya terlihat dari pemberdayaan perempuan saja, tapi juga dengan lingkungan dan ekosistemnya pun dikembangkan sampai sejahtera. 

"Kita tidak hanya memberdayakan perajinnya, tapi bagaimana kita juga bisa menciptakan suatu ekosistem dan suatu market untuk sesuatu yang dibuat dengan sanggar etis dan lingkungannya juga," tegasnya.

Itulah yang membuat SukkhaCitta sekarang menjadi salah satu perusahaan Indonesia yang mendapatkan sertifikasi global pertama untuk perusahaan yang mempunyai dampak lingkungan dan sosial.

Menelusuri Perjalanan Kapas Lokal Jadi Pakaian dari Sukkha Citta untuk Lawan Krisis Iklim
Merek lokal Sukkha Citta menggelar pameran Kapas (Sukkha Cita)

Sebagai pendiri brand SukkhaCitta yang sudah berdiri sejak 2016, Denica Flesch mengharapkan pentingnya menjaga kebersamaan dalam merangkai dan melestarikan supaya selalu ramah dalam mengapresiasikan ritual budaya, mengapresiasikan tradisi, membangun kesadaran cinta kasih dan keharmonisan nilai-nilai dari akar budaya.

"Jadi mungkin kita bisa mengurangi sedikit apa yang kita beli, tapi kita bisa justru memberikan produk-produk yang dibuat oleh ibu-ibu ini (perajin)," ungkap founder SukkhaCitta pada talkshow tersebut. 

Dalam kegiatan ini, Izabel Jahja selaku moderator menutup dengan memberikan komplimen kepada founder SukkhaCitta karena dapat merangkul segala aspek pendekatan dengan tenun, dimulai dari ketekunan dan ketertarikannya membentuk tujuan pemberdayaan manusia dan juga menjaga kelestarian alam. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya