Suguhan Pesona Danau Tiga Warna di Danau Linow Tomohon

Keindahan Kota Tomohon pun juga tampak pada salah satu destinasi wisatanya, yakni Danau Linow.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 23 Okt 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2022, 06:00 WIB
Danau Linow Sulut
(Yoseph Ikanubun/Liputan6.com)

Liputan6.com, Manado - Kota Tomohon, Sulawesi Utara, diapit oleh dua gunung, yakni Gunung Lokon dan Gunung Mahawu, sehingga membuat kawasan ini terasa begitu sejuk. Topografinya yang berupa pegunungan dan perbukitan membuat kawasan ini terlihat begitu menawan.

Keindahan Kota Tomohon pun juga tampak pada salah satu destinasi wisatanya, yakni Danau Linow. Danau ini memancarkan pesona keindahan tiga warna yang begitu memukau.

Danau Linow berjarak 30 km dari Kota Manado atau memakan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan. Kawasan wisata ini dapat ditempuh sejauh 3 km dari Kota Tomohon.

Tak hanya saat sampai di tujuan, selama perjalanan pun pengunjung juga akan disuguhkan pemandangan hijau dari perbukitan yang ditumbuhi pepohonan besar. Gunung Lokon yang masih aktif seolah menambah keindahan panoramanya.

Nama Linow diambil dari bahasa Minahasa, yakni 'lilinowan' yang berarti tempat berkumpulnya air. Sesuai namanya, di danau yang menjadi salah satu objek wisata Sulawesi Utara ini pengunjung bisa melihat warna air yang dapat berubah-ubah, mulai dari hijau, biru, hingga kuning kecoklatan.

Perubahan warna tersebut terjadi karena unsur belerang yang tertimbun di dalam danau serta pembiasan dan pantulan sinar matahari. Dikutip dari "Analisis Suhu Tanah di Kawasan Wisata Alam Danau Linow Kota Tomohon Sulawesi Utara" oleh Diane Deibij Pioh, Luthfi Rayes, Bobby Polii, dan Luchman Hakim, kawasan Danau Linow memiliki lahan yang cukup luas dengan keragaman flora dan faunanya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Danau Vulkanik

Danau Linow juga merupakan danau vulkanik yang memiliki keunikan warna-warni danau serta ragam biota endemik, seperti burung belibis dan sajok. Danau ini juga memiliki keragaman tanaman, seperti pinus, cempaka, cengkeh, enau, serta kopi.

Berbagai tanaman buah-buahan juga ada di sana, seperti pohon durian dan lemong Bali. Selain itu, juga terdapat area persawahan dan tanah yang dulunya ditanami jagung, tetapi saat ini sudah tidak lagi dimanfaatkan.

Namun, di balik keindahannya, pengunjung hanya bisa menikmati pesona tersebut dengan mata. Para pengunjung dilarang berenang karena kandungan belerang yang tinggi bisa menyebabkan tubuh terluka dan berakibat fatal.

Benar saja, saat sampai di tujuan, aroma belerang memang akan langsung tercium. Konon, belerang ini merupakan sisa letusan Gunung Mahawu yang terjadi ratusan tahun lalu.

Kawasan yang berbukit-bukit ini juga dinilai memiliki kondisi tanah yang cenderung masam. Disebutkan, kadar kemasaman tanah berkisar antara pH 4.5 t 5.5 yang juga disebabkan oleh tingginya kandungan belerang.

(Resla Aknaita Chak)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya