Melihat Keseruan Ribuan Anak Kota Bandung Ulin Menjadi Barudak Baheula

Ribuan anak berkumpul di SOR Arcamanik, bermain bersama seagai anak baheula.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 05 Nov 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2022, 15:00 WIB
budaya sunda
Ribuan siswa Sekolah Dasar (SD) meramaikan Festival Bandung Ulin di lapangan terbuka Sarana Olah Raga (SOR) Arcamanik, Kota Bandung, Kamis (3/11/2022). (Liputan6.com/Dikdik Ripaldi)

Liputan6.com, Bandung - Ribuan siswa Sekolah Dasar (SD) memadati Sarana Olah Raga (SOR) Arcamanik, Kamis kemarin (3/11/2022). Mereka datang berbondong menyewa angkot hingga bus. Ada yang datang dengan orang tua atau cukup didampingi ibu-bapak guru.

Mereka berasal dari 461 sekolah di Kota Bandung. Penampilan anak-anak itu tak jarang mencuri mata dengan berpangsi atau warna-warni berkostum tari.

Lapangan terbuka Arcamanik Sport Jabar menjadi lokasi utama tempat mereka berkumpul. Di tanah lapang itu anak-anak ulin atau bermain, memeragakan pencak silat, memainkan angklung, serta sejumlah permainan zaman baheula seperti cingciripit, surser, dan perepet jengkol.

 

budaya sunda
Ribuan siswa Sekolah Dasar (SD) meramaikan Festival Bandung Ulin di lapangan terbuka Sarana Olah Raga (SOR) Arcamanik, Kota Bandung, Kamis (3/11/2022). (Liputan6.com/Dikdik Ripaldi)

Acara yang diselenggarakan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung itu bertajuk Festival Bandung Ulin, dibagi menjadi beberapa segmen. Misalnya, kolosal pencak silat yang menampilkan hingga 3.000 peserta.

Selain itu, kolosal angklung yang menampilkan hingga 2.000 peserta dengan membawakan lagu ‘Halo-Halo Bandung’, ‘Manuk Dadali’, dan ‘Mojang Priangan’.

Pada acara puncak, para siswa juga secara serentak bermain cingciripit, surser, dan perepet jengkol. Pihak Disdik menyebut jumlah anak-anak yang hadir mencapai lebih dari 8.000 siswa. 

 

anak-anak
Ribuan siswa Sekolah Dasar (SD) meramaikan Festival Bandung Ulin di lapangan terbuka Sarana Olah Raga (SOR) Arcamanik, Kota Bandung, Kamis (3/11/2022). (Liputan6.com/Dikdik Ripaldi)

Menurut Disdik Kota Bandung kaulinan budak lembur memiliki nilai filosofi yang mendalam dan baik untuk diajarkan pada anak-anak. Dalam permainan ini, anak-anak belajar untuk berkolaborasi, saling menghargai, juga kreativitas.

Acara itu diniatkan sebagai semacam stimulus, membangkitkan kembali budaya Sunda yang diakui mulai luntur di masyarakat dalam derasnya arus globalisasi.

Lepas dari niat besar Disdik tersebut, yang lebih mudah terlihat bahwa anak-anak itu riang saja menikmati seharian ulin bersama teman sebayanya, berlarian, menari, bernyanyi, saling melepas tawa. Setelahnya, mereka pun pulang membawa keringat, membawa sesuatu yang bisa saja akan terus diingat.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya