Liputan6.com, Sukabumi - Kamar 308 Pelabuhan Ratu yang berada di salah satu hotel Sukabumi, Jawa Barat, menyimpan sebuah misteri. Kabarnya, kamar tersebut dikhususkan untuk Nyi Roro Kidul.
Pasalnya, di kamar tersebut terdapat sesaji dan lukisan-lukisan Nyi Roro Kidul. Bagian interior kamar juga dihias dengan warna hijau yang sangat identik dengan Ratu Pantai Selatan itu.
Kamar 308 tersebut ternyata masih ada kaitannya dengan presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno. Menurut cerita dari sang pemandu kamar 308, kamar khusus tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan perjanjian yang terjalin antara Presiden Soekarno dan Nyi Roro Kidul.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan penuturan dari pemandu kamar 308, Abah Zaenal, adanya kamar khusus 308 berawal dari pertemuan Presiden Soekarno dengan Nyi Roro Kidul yang diadakan di Karang Kursi. Setelah pertemuan tersebut, pada 1962, Presiden Soekarno langsung memulai proyek pembangunan Grand Inna Samudra Beach untuk memenuhi janjinya kepada sang Ratu Pantai Selatan.
Banyak versi cerita mengenai fungsi dan kegunaan kamar 308 ini. Ada yang mengatakan kamar ini sebagai bentuk penghormatan Presiden Soekarno kepada Nyi Roro Kidul. Namun, ada juga mitos yang beredar bahwa kamar tersebut merupakan pintu gerbang menuju kerajaan gaib milik Nyi Roro Kidul. Beberapa orang juga percaya kamar 308 merupakan tempat peristirahatan dari Nyi Roro Kidul.
Misteri kamar 308 Pelabuhan Ratu identik dengan lukisan Nyi Roro Kidul yang konon bisa hidup. Menurut pengakuan beberapa orang yang sudah mengunjungi kamar tersebut, beberapa dari mereka mengalami kejadian mistis.
Pengunjung kamar tersebut merasa beberapa lukisan Nyi Roro Kidul, terutama pada bagian matanya, tampak bergerak mengawasi gerak-gerik setiap pengunjung. Tak hanya pengunjung, sang pelukis yakni Basuki Bawono dan Basuki Abdullah, pun mengalami kejadian yang luar biasa. Basuki Abdullah bercerita, saat ia sedang meninggalkan lukisannya sebentar, tiba-tiba terdapat tusuk konde dan keris yang muncul di samping lukisan Nyi Roro Kidul.
Penulis: Resla Aknaita Chak