Rangguk Kumun, Tarian Tradisi Sekaligus Media Dakwah Masyarakat Jambi

Tarian ini merupakan perpaduan antara gerak dan pantun.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 21 Jan 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2023, 00:00 WIB
Ilustrasi Wisata Jambi
Ilustrasi Wisata Jambi (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jambi - Tari Rangguk merupakan sebuah tarian khas Jambi. Awalnya, tarian ini digunakan sebagai media dakwah dalam menyiarkan agama Islam, salah satunya di Kumun.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, dalam penyajiannya, tarian ini merupakan perpaduan antara gerak dan pantun. Pantun tersebut disajikan dengan cara dinyanyikan.

Biasanya, pantun yang dihadirkan berisi tentang kehidupan sosial masyarakat. Namun, tak jarang pantun yang berkaitan erat dengan syiar agama Islam juga disajikan.

Tari Rangguk di Desa Kumun juga disebut ranggauk atau maranggauk. Tarian ini merupakan sebuah tari tradisi yang hidup dan berkembang di Desa Kumun Kecamatan Kumun Debai, Kota Sungai Penuh/Kabupaten Kerinci.

Beberapa desa lainnya juga mengembangkan tarian ini. Pertunjukan tari Rangguk biasanya dikaitkan dengan identitas desanya, misalnya tari Rangguk Siulak berasal dari Desa Siulak, sedangkan tari Rangguk Sumur Angin berasal dari Desa Sumur Angin.

Sementara, tari Rangguk Kumun berasal dari Desa Kumun. Setiap daerah juga memiliki beberapa perbedaan dalam tariannya.

Salah satu maestro tari Rangguk Kumun adalah ibu Hj Rosma. Pada 1962, tari Rangguk dari desa Kumun dibawa ke Jambi dan ditampilkan di hadapan Presiden Soekarno.

Setelah tahun 1960-an, tari Rangguk berkembang pesat menjadi populer di Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Tari Rangguk tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sosial masyarakat desa Kumun maupun desa-desa lainnya karena tarian ini selalu hadir di upacara adat maupun keagamaan.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya