Cerita Pegiat Literasi Oemah Bening, Buktikan Perpustakaan Bisa Ubah Kehidupan

Pegiat literasi Oemah Bening Yekti Nunihartini mengatakan literasi tidak hanya berbicara tentang dunia pendidikan saja tapi semua lini kehidupan.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 27 Feb 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2023, 17:00 WIB
Perpustakaan Nasional RI
Siswa Sekolah Dasar (SD) membaca buku di ruang baca Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Selasa (18/2/2020). Selain megah dan memiliki koleksi lengkap, Perpusnas juga menyediakan ruangan perpustakaan untuk anak-anak, layanan untuk penyandang disabilitas dan lansia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Banjarnegara - Pegiat literasi Oemah Bening Yekti Nunihartini mengatakan literasi tidak hanya berbicara tentang dunia pendidikan saja tapi semua lini kehidupan. Berawal dari mimpi, perpustakaan bisa mengubah kehidupan. Yekti berkisah, bagaimana pengaruh tayangan audio visual, bergosip mengakibatkan masalah sosial, seperti pergaulan bebas, munculnya kasus-kasus sosial anak dan virus individualisme.

Dari keprihatinan sosial tersebut, Yekti mencoba mengubah kebiasaan masyarakat di tempat tinggalnya. Di mulai dari menyulap rumah menjadi perputakaan mini. Yekti yang semula hanya memiliki koleksi bahan bacaan kurang dari 50 buku, kini mampu memiliki 1.000 koleksi bahan bacaaan yang mayoritas berisikan ilmu terapan. Proses tumbuh yang dialami perpustakaan Oemah Bening bukan tanpa kendala.

Namun, perubahan baik mulai terjadi di tahun 2015, ketika lembaga filantropi Rumah Zakat memberikan dukungan. Kemudian di tahun 2017, perpustakaan Oemah Bening menjadi bagian dari Perpuseru.

"Dari situ kami baru mengetahui kalau perpustakaan bukan sekedar tempat baca-tulis tapi juga tempat berlatih keterampilan, inovasi, yang akhirnya mendorong masyarakat untuk berkarya lebih," ungkap Yekti.

Bahkan, di tahun 2020, di tengah kondisi pandemi kami menghadirkan kegiatan sinematografi dan videografi. Kini, kampung Bojanegara dikenal sebagai kampung sinematografi.

"Partisipasi masyarakat itu penting. Kita tidak bisa berdiri tanpa melibatkan masyarakat," tambah Yekti.

Hal senada juga diutarakan penulis Indra Hari Purnama. Dirinya mendorong peran pemuda untuk memperbaiki literasi masyarakat Banjarnegara. Kenapa pemuda? Karena pemuda masih memiliki tenaga masih kuat, pikiran yang fresh, mempunyai banyak kesempatan, bersikap agresif, menyukai tantangan.

"Salah satu peran yang bisa dimainkan pemuda adalah berjejaring. Berjejaring dengan pemerintah, bunda literasi, komunitas, sumber belajar seperti para ahli, dan tokoh-tokoh yang berpengaruh," ujar Indra.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Literasi di Banjarnegara

Literasi Banjarnegara
Kepala Perpusnas Syarif Bando saat pembukaan Festival Literasi di Pendopo Dipayuda Adigraha di Banjarnegara, Senin (27/2/2023). (Liputan6.com/ Ist)

Festival Literasi di Pendopo Dipayuda Adigraha Banjarnegara resmi dibuka, Senin (27/2/2023). Festival Literasi yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-452 Kabupaten Banjarnegara menyuguhkan beragam acara seru seputar literasi. Pj Bupati Banjarnegara Tri Harso Widirahmanto mengatakan, literasi tidak tumbuh secara alamiah melainkan sebagai sebuah proses pembelajaran dan kebiasaan. 

Banjarnegara sendiri merupakan satu di antara tiga daerah di Jateng yang punya indeks kegemaran membaca di atas rata-rata provinsi. Namun, capaian ini masih perlu diimbangi dengan indeks pembangunan literasi masyarakat.

"Pengembangan bahan bacaan dan sarana prasarana perpustakaan tetap menjadi perhatian kami," imbuh Tri Harso.

Sementara itu, Kepala Perpusnas Syarif Bando yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan, di era digital, penting bagi setiap individu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Oleh karena itu, transformasi digital diyakini akan mempercepat terbentuk SDM yang unggul.

Penggunaan digitalisasi jika mampu dioptimalisasi penggunaannya akan mendorong kemampuan berinovasi dan kreativitasnya. Dari situ akan terbuka lapangan kerja sehingga secara otomatis mengurangi angka pengangguran dan menambah pemasukan (devisa) bagi negara.

"Muara yang bisa kita harapkan dari itu semua adalah terbentuknya karakter masyarakat Indonesia yang tangguh," kata Syarif.

Anggota Komisi 4 DPRD Kabupaten Banjarnegara Lilis Ujianti setuju jika literasi di wilayahnya masih perlu untuk dikembangkan. Angka buta huruf di Indonesia sudah sedikit, tapi apakah kegemaran membaca dapat berimplikasi kepada kehidupan? Ini masih menjadi tugas bersama. Karena dari 35 kabupaten di Jawa Tengah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Banjarnegara masuk ke dalam tiga terendah.

Artinya, boleh jadi rendahnya IPM berimplikasi pada kesejahteraan hidup masyarakat. Padahal untuk memperoleh tingkat kesejahteraan harus berawal dari literasi yang baik. Maka, tidak ada pilihan lain literasi harus bergerak. Kenapa banyak dipilihnya perempuan sebagai bunda literasi di hampir semua daerah, karena perempuan lebih dikenal manusia multitalenta.


Dahsyatnya Aktivitas Membaca

Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar menggarisbwahi usia 452 Banjarnegara tahun bukan masa yang pendek, tapi kemiskinan masyarakat Banjarnegara menurut data statistik Badan Pusta Statistik (BPS) masih 15 persen dari jumlah penduduk. Padahal intensitas program pengentasan kemiskinan sudah digulirkan.

"Kita harus pahami bahwa kemiskian terjadi karena ketidakmampuan masyarakat berpengetahuan. Pengetahuan membuat orang berani berinovasi, melakukan sejumlah hal kreatif, dan produktif," lugas Adin.

Pengetahuan, tambah Adin bisa didapatkan dari membaca. Dahsyatnya aktivitas membaca adalah ketika terjadi proses transfer knowledge, karena hal itulah mempengaruhi proses berpikir dan berperilaku seseorang. Jadi, tidak ada kata lain bahwa kunci utama agar masyarakat keluar dari kemiskinan dan ketidakberdayaan, adalah mengaktifkan kegiatan kegemaran membaca lalu menjadikannya sebagai kebiasan (habit), pungkas Adin.

Festival Literasi yang diselenggarakan Pemkab Banjarnegara merupakan wahana untuk memasyarakatkan literasi ke seluruh elemen bangsa agar meningkat aspek kualitas, kesadaran masyarakat, serta manfaat literasi.

Rangkaian Festival Literasi memuat beragam kegiatan lain, seperti bazaar produk literasi, penyerahan sertifikat akreditasi perpustakaan sekolah kepada SMAN 1 Batur, SMPN 1 Batur, SMPN 2 Wanadadi, dan SMPN 5 Pagentan, talkshow peningkatan indeks literasi masyarakat, serta inovasi 'Sohibku Waisabu' berupa solidaritas hibah buku, dimana setiap pegawai di lingkup Pemkab Banjarnegara mendonasikan satu buku bacaan, kemudian dihimpun untuk diberikan ke desa-desa.

Pada kesempatan yang sama, Pj. Bupati Tri Harso turut mengukuhkan Lucia Tri Harso Widirahmanto sebagai Bunda Literasi Kabupaten bersamaan dengan 20 Bunda Literasi Kecamatan di wilayah Banjarnegara.

 

Infografis Perpustakaan Kekinian di Berbagai Kota di Indonesia
Infografis Perpustakaan Kekinian di Berbagai Kota di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya