Liputan6.com, Solo - Singkong menjadi salah satu bahan yang bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan. Salah satu olahan singkong yang banyak disukai sejak masa dulu adalah lenjongan khas Solo.
Lenjongan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda karena menjadi makanan khas rakyat Indonesia sekitar era 1900-an. Saat itu, rakyat Indonesia mengolah singkong menjadi berbagai jenis makanan untuk mengisi perut. Alhasil, lahir lah lenjongan yang terdiri dari beragam jajanan pasar.
Mengutip dari surakarta.go.id, lenjongan memang merupakan jajanan pasar khas Kota Solo yang mayoritas terbuat dari singkong. Lenjongan berisi aneka makanan tradisional, seperti gendar, klepon, sawut, jongkong, gatot, getuk, tiwul, cenil, ketan hitam, ketan putih, serta jagung atau grontol.
Advertisement
Baca Juga
Jajanan-jajanan tersebut kemudian ditaburi parutan kelapa dan gula pasir atau gula merah cair. Jajanan pasar ini juga dibanderol harga yang sangat murah, yakni hanya sekitar Rp3.000 per bungkus.
Bagi masyarakat Solo, lenjongan menjadi kudapan favorit yang cukup sehat. Pasalnya, jajanan pasar ini tidak memakai pengawet dan pewarna buatan.
Dalam satu bungkus lenjongan, para pembeli juga bisa bebas memilih jajanan pasar apa saja sesuai selera, misalnya hanya memilih gatot dan tiwul saja atau hanya cenil dan ketan. Keseluruhan isi jajanan pasar di lenjongan ini memiliki tekstur dan rasa yang hampir mirip, yakni kenyal, manis, dan gurih.
Jajanan legendaris ini juga cocok disantap kapan saja, baik untuk sarapan atau pun camilan di sore hari. Penjual lenjongan biasanya bisa ditemui di pasar-pasar tradisional. Tak hanya di pasar tradisional, tak jarang lenjongan juga menjadi menu tradisional untuk melengkapi catering di berbagai acara, seperti pernikahan, seminar, dan acara resmi lain di hotel.
Penulis: Resla Aknaita Chak