Serunya Ngabuburit Sambil Sosialisasi Pencegahan Stunting Bareng BKKBN Sulsel

Kegiatan dilakukan agar masyarakat bisa lebih paham tentang apa itu stunting.

oleh Fauzan diperbarui 16 Apr 2023, 15:44 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2023, 20:30 WIB
Ngabuburit bareng BKKBM Sulsel (Liputan6.com/Fauzan)
Ngabuburit bareng BKKBM Sulsel (Liputan6.com/Fauzan)

Liputan6.com, Makassar - Meski dalam suasana bulan Ramadan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Selatan tetap gencar menyosialisasikan pentingnya pencegahan stunting. Salah satu yang dilakukan adalah menggelar talk show Sosialisasi Cegah Stunting di Pasar Ramadan Kafetaria Parkiran Hotel Singgasana Makassar pada Sabtu (15/4/2023). 

Mengangkat tema Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Interpersonal Pada Kelompok Komunitas Melalui Momentum Strategis (Sosialisasi Cegah Stunting di Pasar Ramadan), kegiatan tersebut menghadirkan tiga narasumber, yakni Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Andi Ritamariani, Ahli Gizi dari Persagi Sulsel Astati Made Amin dan Direktur Ruang Antara Mariesa Giswandhani. 

Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel, Andi Ritamariani mengatakan sejatinya sosialisasi tentang pencegahan stunting sudah dilakukan sejak lama, hanya saja sekarang sosialisasinya lebih viral jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 

BKKBN Sulsel sendiri pun telah melakukan berbagai macam langkah strategis untuk melakukan percepatan penurunan angka stunting di Sulsel. Salah satunya dalah membetukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang mana melibatkan pemerintah tingkat kabupaten dan kota, kecamatan hinga desa. 

"Nah mereka ini yang didalamnya terbagi lagi dan dibentuk tim pendamping keluarga, mereka yang melakukan pendampingan pada sasaran atau keluarga yang berkasus stunting," kata Rita, Sabtu (15/4/2023).

Tak main-main, TPPS tersebut terdiri dari 2.046 anggota yang tersebar di seluruh penjuru Sulawesi Selatan. Selain pemerintah daerah, TPPS juga melibatkan pihak-pihak lain, seperti bidan, kader PKK dan lain sebagainya. 

"Lalu ada tim audit status stunting mereka ini yang turun melihat bagaimana kerja-kerja para tim terhadap mereka yang stunting," ucapnya.

Saat ini, lanjutnya, jumlah anak yang menderita stunting di Sulawesi Selatan masih berada di angka 27,2 persen. Angka tersebut terbilang cukup tinggi, sehingga Rita mengaku dirinya dan seluruh stakeholder yang ada akan bekerja lebih keras untuk menurunkan angka stunting demi tercapainya Generasi Emas 2045. 

"Masih banyak wilayah yang mengaku sudah menjalankan, namun tidak ada penurunan atau malah jalan ditempat. Ini karena merwka menjalankan tetapi tidak maksimal mengawasi," tuturnya.

 


Peran Serta Ayah dalam Menjaga Asupan Gizi Anak

Ngabuburit bareng BKKBM Sulsel (Liputan6.com/Fauzan)
Ngabuburit bareng BKKBM Sulsel (Liputan6.com/Fauzan)

Sementara itu, Ahli Gizi dari Persagi Sulsel, Astati Made Amin mengatakan bahwa salah satu penyebab masih tingginya angka stunting di Sulsel adalah karena kurangnya literasi masyarakat tentang apa itu stunting. Kebanyakan orangtua bahkan tidak mengerti betul kadar gizi yang dibutuhkan oleh anak agar tumbuh kembangnya bisa berjalan normal. 

Menurut dia, bagi anak, sebaiknya banyak diberi makanan yang mengandung protein hewani. Sebab ini zat gizi yang utama untuk pertumbuhan dan otak memberi kecerdasan, salah satu yang paling terjangkau adalah telur. 

"Biasanya masyarakat kita kalau sudah banyak kasi makan nasi sama anaknya, sudah bilang itu memenuhi gizinya. Padahal sebetulnya tak mesti banyak nasi, namun bagaimana kebutuhan protein itu juga tercukupi," tuturnya.

Maka dari itu, kata dia, memberi pengetahuan gizi kepada calon pengantin baru atau calon ibu adalah salah satu langkah yang akan terus dilakukan sebagai bentuk upaya pencegahan stunting. 

 

"Ada program sekarang di sekolah-sekolah yang menyasar remaja atau kalangan muda dengan memperhatikan tingkat kesehatan mereka yakni tak boleh kurang darah. Makanya ada program pemberian tablet penambah darah seminggu sekali selama setahun kepada remaja-remaja disekolah," ucapnya.

 

Dosen Komunikasi Unifa Sekaligus Direktur Ruang Antara, Mariesa Giswandhani mengatakan bahwa upaya pencegahan dengan memberikan literasi tentang stunting sebaiknya tak hanya diberikan kepada para ibu-ibu. Hal itu juga perlu dillakukan kepada para suami agar mereka paham bahwa kesehatan anak adalah tanggung jawab bersama. 

 

"Bapak atau suami ini juga berpengaruh menjadi orang yang bertanggung jawab memenuhi protein istri saat hamil. Makanya perlu faham makanan apa yang istri butuhkan saat hamil," ucapnya.

Sebab ini memengaruhi tumbuh kembang janin dan anak kedepannya setelah lahir. Begitu juga ketika anaknya sudah lahir, menurut Mariesa, sang bapak harus bisa memberikan nafkah kepada keluarganya agar kebutuhan gizinya bisa terpenuhi. 

 

"Jadi dalam keluarga tidak hanya ibu saja yang di edukasi soal stunting ini. Tetapi peran suami atau bapak juga dibutuhkan," ungkapnya.

Simak juga video piliha berikut:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya