Tak Bisa Sembarangan, Ada Syarat Wajib Membaca Kitab Serat Wirid Ronggowarsito

Dalam buku Serat Wirid ini Kiai Ronggowarsito menghimpun ajaran Islam dan Kejawen agar mampu dimengerti oleh masyarakat awam.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Apr 2023, 00:43 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2023, 00:43 WIB
KH. Ahmad Baso, Peneliti Manuskrip Nusantara. (Liputan6.com/ ist)
KH. Ahmad Baso, Peneliti Manuskrip Nusantara. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Ronggowarsito sejatinya adalah salah satu tokoh Islam besar dalam kebudayaan Jawa. Lewat Serat Wirid Hidayat Jati, ia ingin memadukan ajaran Islam dengan kebudayaan leluhur tanah Jawa, yakni Kejawen.

Hal tersebut disampaikan oleh KH. Ahmad Baso, Peneliti Manuskrip Nusantara ketika membedah Serat Wirid Ronggowarsito dalam Program Inspirasi Ramadan 2023 Edisi Sahur yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang sahur, dengan dipandu oleh host Aprilia Ningrum pada Minggu (16/04/2023).

"Referensinya orang Kejawen itu Serat Wirid ini, yakni ingin menyambungkan dirinya dengan ilmu para wali yang berbasis Jawa. Dalam buku Serat Wirid ini Kiai Ronggowarsito menghimpun keduanya (ajaran Islam dan Kejawen) agar mampu dimengerti oleh masyarakat awam," jelasnya.

Buku Serat Wirid ini, lanjut Baso, sering disebut sebagai buku induk dari Islam Kejawen, karena ajarannya memang memiliki hubungan erat dengan dunia mistik Kejawen. Meskipun demikian tidak sepatutnya bagi kita sebagai pembaca untuk mempertentangkannya, karena intisari sesungguhnya buku tersebut mengajarkan ketauhidan.

"Pendekatan Ronggowarsito menggunakan paham-paham Jawa, sehingga orang-orang Kejawen juga bisa masuk di situ. Ini yang kemudian dipadukan mengikuti sanad atau warisan keilmuan yang nyambung sampai ke Walisongo," kata Baso.

Ronggowarsito yang pernah berguru pada Kiai Ageng Muhammad Besari tentu juga mewarisi kedalaman ilmu dari gurunya, sehingga tidak sembarang orang boleh membaca wiridnya. Orang yang boleh membaca buku ini, lanjut Baso, adalah orang yang sudah mempunyai bekal ilmu tasawuf.

"Harus benar-benar seide dengan ilmu ini, supaya tidak salah paham. Misalnya kalau orang masih level syariat jangan dulu, nanti lama-lama meninggalkan shalat lima waktu," terang intelektual Muda NU itu.

Menurut Baso, orang yang boleh membaca buku ini sanad keilmuannya harus jelas. Sebab, Ronggowarsito mengajarkan paham kesatuan antara manusia dengan Tuhan. Paham ini mengajarkan bahwa manusia itu berasal dari Tuhan, oleh karena itu, sanad keilmuan dibutuhkan agar tidak keliru dalam memahaminya.

"Berbicara tentang ilmu ini harus sudah jelas sanadnya, jadi tidak sembarangan ini. Kiai Ronggowarsito mendapatkan sanad itu, satu dari pesantren Tegal Sari, satu lagi dari pamannya Kiai Ronggosasmito. Nah dari Kiai Ronggosasmito ini, Kiai Ronggowarsito mendapatkan sanad Syattariyah, sampai nyambung ke Rasulullah," katanya.

Pria kelahiran Makassar ini juga menjelaskan bahwa selain dua syarat di atas, orang yang hendak membaca buku ini harus sudah mengikuti tarekat dan sudah terbiasa dengan amalan-amalanya.

"Jadi, orang yang mengaji kitab ini juga harus mengerti tarekat dan ikut bergabung dengan amaliyah-amaliyah tarekat. Setelah selesai dengan ilmu tarekat, maka masuk dengan ilmu yang lebih tinggi yang disebut ilmu wirid, atau wirid Hidayat Jati," ia menambahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya