Krisis Air Bersih Meluas, Bagaimana Persiapan Cilacap Antisipasi Kemarau Panjang 2023?

BPBD Cilacap telah mengidentifikasi sebanyak 105 desa di 20 kecamatan rawan krisis air bersih. Diperkirakan pada September jumlah desa yang mengalami krisis air bersih akan bertambah

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 24 Agu 2023, 22:15 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2023, 22:15 WIB
Warga Patimuan, Cilacap mengantre droping lantaran krisis air bersih pada 2015. (Foto: Liputan6.com/Ridlo)
Warga Patimuan, Cilacap mengantre droping lantaran krisis air bersih pada 2015. (Foto: Liputan6.com/Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Sebanyak 15 desa di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengalami krisis air bersih seturut puncak musim kemarau Agustus 2023 ini. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah lantaran panjangnya hari tanpa hujan di beberapa wilayah.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Darlog) Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Cilacap, Budi Setyawan mengatakan hingga Selasa malam (22/8/2023), BPBD telah mendistribusikan sebanyak 63 tangki air bersih ke desa-desa tersebut.

Selain itu, bantuan air bersih juga diberikan oleh sejumlah lembaga filantropi. Hanya saja, dia mengaku belum mendapat laporan terkait jumlah yang telah didistribusikan oleh lembaga tersebut.

Dia menjelaskan, desa yang mengalami krisis air bersih kebanyakan berada di wilayah dataran rendah, yakni kawasan sedimentasi Laguna Segara Anakan. Meski berada di wilayah dataran rendah, air di wilayah ini tidak bisa dikonsumsi karena berwarna hitam atau kuning keruh dan asin.

Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Patimuan hingga Kawunganten dan sejumlah wilayah pesisir lainnya.

"Daerah kering (spot-spot), tidak seluruh kecamatan, desanya juga tidak semua desa di satu kecamatan. Bantuan air bersih kalau yang dari anggaran pemerintah sudah 63, masing-masing tangki 5.000 liter,” kata Budi Setyawan, Selasa malam (22/8/2023).

BPBD telah mengidentifikasi sebanyak 105 desa di 20 kecamatan rawan krisis air bersih pada kemarau panjang 2023 ini. Diperkirakan pada September jumlah desa yang mengalami krisis air bersih akan bertambah. Jumlah desa mengalami krisis air bersih bahkan bisa lebih dari perkiraan jika kemarau terjadi hingga Oktober 2023.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Gandeng Lembaga Filantropi

Ilustrasi - Petugas BPBD mengirimkan bantuan air bersih. Pada  2019 diperkirakan wilayah Cilacap yang mengalami krisis air bersih berjumlah 65 desa.  (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Petugas BPBD mengirimkan bantuan air bersih. Pada 2019 diperkirakan wilayah Cilacap yang mengalami krisis air bersih berjumlah 65 desa. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

BPBD Cilacap menggandeng lembaga filantropi dan sejumlah perusahaan besar di Cilacap untuk mengantisipasi kemarau 2023 yang diperkirakan bakal lebih panjang dari kondisi normal.

Budi mengatakan tahun 2023 ini Cilacap hanya mengalokasikan 700 tangki bantuan air bersih dari Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD). Pasalnya, dua tahun berturut-turut serapan bantuan air bersih yang dianggarankan tak kurang dari 1.000 tangki begitu minim.

Karenanya tahun ini bantuan air bersih disesuaikan dengan serapan. Namun, ternyata kemarau tahun ini justru datang lebih cepat dan diprediksi akan lebih panjang dari biasanya.

Menurut dia, ada kemungkinan alokasi bantuan air bersih pemerintah kurang. Sebab itu, pihaknya menggandeng lembaga filantropi dan perusahaan untuk turut menyalurkan bantuan air bersih.

Hingga saat ini sudah ada 10 lembaga filantropi berbasis keagamaan dan umum dan 3 perusahaan besar yang bersedia bergabung.

“Jika dari 700 itu habis, kita sudah berkounikasi dengan teman-teman relawan, lembaga amil zakat. Kita kemarin sudah berdiskusi dengan 10 lembaga filantropi di Cilacap. Insya Allah mereka siap untuk mem-backup bantuan air bersih untuk warga Cilacap. Kemudian juga ada CSR-CSR perusahaan, yang sudah bersedia,” dia menjelaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya