Liputan6.com, Purwakarta Kabupaten Purwakarta, saat ini terlihat lebih artistik. Apalagi, sejak dibangunnya Taman Sri Baduga yang dilengkapi dengan adanya suguhan air mancur menari di kawasan wisata itu. Kang Dedi Mulyadi bisa dibilang adalah sang pelopor perubahan salah satu daerah Jawa Barat ini.
Seperti diketahui, Taman Sri Baduga di Kabupaten Purwakarta mulai di tata lebih artistik itu sejak 2014 dan selesai pada 2017 lalu. Tepatnya, saat Kang Dedi Mulyadi menjabat Bupati Purwakarta periode kedua.
Kang Dedi Mulyadi, saat itu punya alasan menghias sedemikian rupa ruang terbuka hijau (RTH) yang ada menjadi lokasi yang kental dengan nilai wisata dan edukasi. Dengan kata lain, dalam penataan lokasi taman aktif di tengah kota yang saat ini menjadi ikon Purwakarta itu, dia tak hanya memfokuskan pada fungsi konservasi semata. Melainkan, juga didorong terhadap nilai-nilai rekreasi dan edukasi.
Advertisement
Baca Juga
Dirangkum dari berbagai sumber, Situ Buleud atau yang saat ini lebih dikenal dengan Taman Sri Baduga itu sejak dulu merupakan kawasan konservasi serta kawasan hijau terbesar di Purwakakarta. Luasnya, kurang lebih empat hektare. Sampai saat ini lokasi tersebut juga masih terdapat sejumlah pohon besar, terutama dari jenis atau varian langka.
Tapi, sejak Kang Dedi Mulyadi jadi Bupati Purwakarta keindahannya kawasan konservasi ini kian bertambah, seiring dibangunnya fasilitas untuk air mancur yang diklaim terbesar di Indonesia itu.
Beruntung sekali daerah ini punya RTH yang multifungsi seperti ini. Karena, keberadaan Taman Sri Baduga ini secara tidak langsung membuat kabupaten kecil yang diapit dua kota besar ini jadi diperhitungkan, baik di tataran nasional hingga internasional.
Beberapa waktu lalu, Kang Dedi Mulyadi pernah berujar, tujuan awal dirinya menata Situ Buleud kala itu hanya ingin mempercantik setiap sudut kota di Kabupaten Purwakarta menjadi lokasi yang bisa menjadi tempat berwisata keluarga.
Jadi, taman-taman yang dibangunnya kala itu semata-mata berdasarkan kontemplasi dirinya melihat kondisi riil masyarakat Purwakarta yang saat itu mulai membutuhkan ruang publik untuk interaksi sekaligus rekreasi.
Selain itu, dalam penataan fasilitas umum di wlayah ini dirinya lebih merujuk pada sisi sosiologis masyarakat. Tak heran, pembangunan yang dilakukannya pun syarat dengan nilai budaya.
Karena Kabupaten Purwakarta adalah salah satu daerah di Jawa Barat, sentuhan yang diberikan untuk penataan tata ruang ini pun cenderung berkarakter Kesundaan.
Dalam penataan wilayah ini, yang ia lakukan juga tidak sekadar berhenti pada aspek kegunaan taman untuk ruang publik dan rekreasi. Dalam hal ini, unsur edukasi menjadi orientasi utama segenap pembangunan di Kabupaten Purwakarta.
Sekilas cerita menarik dari Air Mancur di Taman Sri Baduga Purwakarta. Selain memiliki lingkaran sekitar 1 hektare, air mancur menari di kawasan wisata ini memiliki banyak variasi gerakan. Yakni, disesuaikan dengan hentakan irama musik. Mungkin, hampir mirip dengan 'Song of The Sea' yang ada di Singapura sana.
Â
Dedi Mulyadi Tak Berniat Dikomersilkan
Sejak awal-awal dioperasionalkan, Pemkab Purwakarta di jaman Kang Dedi Mulyadi berkuasa tak pernah berniat sedikit pun untuk mengkomersilkan kawasan Taman Sri Baduga ini. Wajar saja, sejak dulu kawasan ini bisa dinikmati secara gratis oleh masyarakat, baik pengunjung dari dalam kota maupun mereka yang dari luar daerah.
Namun, kini masuk ke kawasan Taman Sribaduga Purwakarta, khususnya yang ingin nonton pertunjukan air mancur menari itu sudah tak gratis lagi. Karena, mulai tahun ini pemerintah akan mengenakan tiket masuk masuk bagi pengunjungnya.
Pemkab Purwakarta, Jawa Barat, di akhir tahun ini akan mulai saklek menerapkan tarif masuk kepada masyarakat yang hendak menonton pertunjukan air mancur menari di kawasan wisata Taman Sri Baduga (Situ Buleud). Hal itu dilakukan, guna memaksimalkan penarikan pendapatan daerah dari sektor rekreasi.
Penerapan tiket masuk Taman Sri Baduga tersebut, merujuk pada Peraturan Daerah (Perda) nomor 11 tahun 2020 tentang retribusi rekreasi dan olahraga. Dalam perda tersebut menegaskan, untuk masuk ke kawasan Taman Sribaduga akan dikenakan tarif Rp 15.000 untuk pengunjung kelas satu dan Rp 10.000 untuk pengunjung kelas dua.
Advertisement