Modus Jualan, Eksploitasi Anak Usia Dini di Kota Gorontalo Makin Marak

Seperti yang terjadi di Kota Gorontalo, eksploitasi anak di bawah umur masih saja kerap terjadi. Meski upaya pemerintah telah dilakukan, angka eksploitasi anak masih terbilang cukup tinggi.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 06 Nov 2023, 04:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2023, 04:00 WIB
Ilustrasi eksploitasi anak
Ilustrasi eksploitasi anak. Michal/Pixabay.

Liputan6.com, Gorontalo - Dunia anak-anak adalah masa yang indah dan penuh dengan kebahagiaan. Namun saat ini masih banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati itu.

Masa di mana mereka mengenyam pendidikan sirna karena impitan ekonomi keluarga. Banyak keluarga yang membiarkan anaknya jadi pedagang keliling hingga jadi buruh angkut di pasar tradisional.

Seperti yang terjadi di Kota Gorontalo, eksploitasi anak di bawah umur masih saja kerap terjadi. Meski upaya pemerintah telah dilakukan, angka eksploitasi anak masih terbilang cukup tinggi.

Menurut data yang ada, pekerja anak di Gorontalo di tahun 2019 terbilang cukup tinggi yakni 4,57 persen. Selanjutnya pada tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 5,46 persen dan tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 4,28 persen.

Itu artinya penurunan angka eksploitasi anak belum begitu signifikan. Dengan angka ini, banyak sekali anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan dan ke depan bakal berpengaruh pada tingkat pengangguran di Provinsi Gorontalo.

"Saya tidak sekolah, memilih jualan keripik pisang dan kacang goreng adalah perintah orang tua," kata salah satu anak umur 12 tahun yang menjadi pedagang keliling.

Anak itu mengaku, dirinya turun dari rumah pagi hari untuk menjajakan jualan itu. Untuk bisa pulang ke rumah, ia berusaha bagaimana jajanan itu cepat laku.

"Kalau cepat habis ya, bisa cepat pulang. Tapi kalau belum habis berusaha hingga malam hari," ujarnya sembari menawarkan jualannya.

"Jika tidak laku, besoknya dijual lagi dan begitu seterusnya," imbuhnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut:

DPRD Soroti Eksploitasi Anak

Anggota DPRD Kota Gorontalo, Darmawan Duming menyuarakan keprihatinannya terkait maraknya pedagang keliling di bawah umur. Ia memandang masalah ini sebagai bentuk eksploitasi anak yang harus segera diatasi.

Darmawan yang secara tegas bilang, anak-anak yang terlibat dalam pedagang keliling mayoritas berasal dari luar Kota Gorontalo. Menurutnya, anak-anak ini hanya menjadi alat oleh keluarga dan pihak-pihak tertentu untuk meminta berjualan.

“Apalagi jualan yang mereka bawa itu, takutnya hanya menjadi alat untuk mendapatkan uang lebih. Artinya, dagangan yang mereka bawa itu tidak menjadi prioritas, tetapi mereka adalah pengemis terselubung,” kata Darmawan.

Darmawan menegaskan, memperalat anak di bawah umur untuk mendapatkan uang dan makanan merupakan pelanggaran terhadap hak perempuan dan anak yang dilindungi oleh hukum.

Terkait hal tersebut, Politisi PDIP ini menyampaikan harapannya kepada Pemerintah Kota Gorontalo untuk segera mencari solusi yang efektif dalam menangani eksploitasi anak ini.

"Anak-anak seharusnya dapat menikmati masa kecil mereka dengan bermain dan belajar seperti anak-anak pada umumnya. Pemerintah Eksekutif harus peka terhadap ini," ia menandaskan.

  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya