Liputan6.com, Yogyakarta - Publik sepak bola sempat berduka pada 2019 lalu akibat meninggalnya striker Nantes Emiliano Sala saat bertolak ke Cardiff sebagai rekrutan anyar. Pemain berdarah Argentina itu mengalami kecelakaan pesawat setelah satu jam take off menuju Cardiff dari Nantes.
Bagi publik Cardiff City, kedatangan pemain bernama lengkap Emiliano Raul Sala Taffarel adalah hal yang paling ditunggu. Terlebih nilai transfer Sala dari Nantes memecahkan rekor transfer klub saat itu.
Tentunya, bagi Sala, bermain di ajang Premier League atau Liga Inggris merupakan peningkatan karier yang drastis. Namun pada akhirnya, kita tidak pernah melihat bagaimana aksi Sala sekalipun di ajang tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Sejak kecil, Sala pernah diperingatkan bahwa dia kemungkinan tak bisa berlari seperti anak-anak kebanyakannya. Sebabnya, pria kelahiran 31 Oktober 1990 itu memiliki masalah pernapasan, dikhawatirkan penyakitnya akan membunuhnya suatu saat.
Namun, Sala justru mengalami keajaiban. Ia tak hanya bisa berlari, tapi berhasil menjadi pesepakbola profesional. Tahun 2012 jadi momen paling menggembirakan dalam hidupnya, ia direkrut sebagai pemain pro untuk kali pertama oleh tim asal Prancis Bordeaux.
Tampil apik selama empat musim, Sala hijrah ke Nantes. Selama mengabdi di sana, ia mencatatkan 48 gol dari 133 penampilan.
Itu pun membuatnya sangat dicintai fans Nantes. Kontroversi sempat terjadi lantaran banyak yang tidak setuju saat Sala dijual ke Cardiff City. Namun, bermain di Liga Inggris tentu adalah impian bagi kebanyakan pesepakbola.
Pada momen itu, Sala sempat ragu-ragu, pasalnya ia harus beradaptasi kembali di lingkungan yang baru, terlebih tidak banyak menguasai bahasa Inggris. Ia pun sudah cukup nyaman hidup di Prancis.
Krisis Keuangan Klub
Belum lama, sang ibunda Mercedes Taffarel mengungkap jika transfer Sala ke Cardiff City sukses lantaran ada alasan krisis keuangan di Nantes pada musim tersebut.
Di tengah krisis tersebut, Cardiff datang dengan menawarkan mahar sebesar 17 juta euro. Nilai itu cukup untuk menutupi krisis finansial Nantes, dan akhirnya Sala sepakat dengan nilai tersebut.
Bukan tanpa alasan Cardiff mau meminang Sala. Sejak 2018 pemain punya paspor Italia tersebut sudah dipantau manajer Cardiff Neil Warnock saat Nantes berhadapan dengan Marseille. Dalam laga itu, Nantes menang 3-2 dengan Sala mencetak 1 gol dan 1 asis.
Di benak Warnock, Sala adalah striker yang pas untuk masuk dalam skema permainan Cardiff. Negosiasi pun dilakukan, Sala dijadwalkan berangkat ke Wales pada 21 Januari 2019.
Advertisement
Pilot Pesawat Seorang Amatir
Sala terbang ke Wales menggunakan pesawat Piper Malibu N264DB. Namun, pilot yang dimandati untuk menjemput Sala adalah seorang amatir, ia adalah Ibbotson.
Saat itu, Ibbotson menyadari sesuatu jika pesawat yang dikemudikannya problematik. Suara ledakan sempat terdengar saat melaju di udara. Hal itu sempat ia ceritakan kepada rekannya.
Ibbotson tak tinggal diam, ia melaporkan keluhan tersebut ke pengelola, tetapi tidak ada respon yang pasti.
Ibbotson yang biasanya tak menggunakan lifejacket selama penerbangan, saat itu ia justru sudah lebih dulu menggunakannya sebelum take off. Dari cerita yang beredar, Ibbotson juga meminta Sala untuk mengenakan lifejacket saat naik pesawat tersebut.
Di balik hal itu, Ibbotson ternyata seorang amatir dan tidak punya lisensi terbang saat malam hari. Bahkan, untuk menerbangkan pesawat Piper Malibu saja tidak punya. Karena hasil investigasi itu, operator Piper Malibu, David Henderson ditangkap.
Karbonmonoksida
Butuh waktu dua pekan untuk menemukan jenazah Sala. Sedangkan, jenazah Ibbotson tak ditemukan. Dari investigasi yang dilakukan, Sala dipastikan sudah tak sadarkan diri saat impact terjadi.
Seorang ahli patologi Dr Basil Purdue menyebut, Sala dan Ibbotson sudah tak sadarkan diri akibat menghirup karbon monoksida yang keluar dari dari mesin pesawat yang rusak.
Banyak yang menyebut karbonmonoksida sudah lebih dulu membunuh Sala dan Ibbotson bahkan sebelum kecelakaan.
Penulis: Taufiq Syarifudin
Advertisement