Mengenal Apa Itu Heatwave, Melanda Beberapa Negara Asia

Fenomena gelombang panas atau heatwave akhir-akhir ini melanda sebagian negara di Asia termasuk Asia Tenggara.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 03 Mei 2024, 16:37 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 16:36 WIB
Suhu Panas Tak Biasa Landa Indonesia Beberapa Hari Terakhir
Selain itu, lanjutnya, tren pemanasan global dan perubahan iklim, gelombang panas heatwave semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering. Kemudian dominasi monsun Australia, Indonesia memasuki musim kemarau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Bandung - Masyarakat di beberapa negara Asia Tenggara tengah bergulat dengan heatwave atau gelombang panas yang parah karena suhunya yang mencapai rekor tertinggi. Sebagian sekolah di negara tertentu bahkan memutuskan untuk tutup untuk mencegah dampak yang buruk.

Berdasarkan informasi dari Aljazeera jutaan siswa di Filipina diperintahkan untuk tinggal di rumah pada hari Senin setelah pihak berwenang membatalkan kelas tatap muka selama dua hari.

Diketahui tindakan tersebut dilakukan sebagai peringatan kesehatan yang mendesak akibat cuaca terik yang menimbulkan kekhawatiran akan kekurangan air, pemadaman listrik, hingga kerusakan tanaman.

Sebagian besar masyarakat Filipina juga terpantau mencari bantuan di pusat perbelanjaan yang ber-AC di kota Manila setelah suhu melonjak hingga 38,8 derajat pada Sabtu (27/4/2024) lalu.

Selain Filipina negara Asia Tenggara lain yaitu Kamboja juga menghadapi suhu tertinggi di tahun ini. Juru bicara Sumber Daya Air dan Meteorologi Chan Yutha menuturkan diperkirakan suhu di sebagian besar wilayah negaranya bisa mencapai 43 derajat pada minggu ini.

Kemudian di Thailand bagian utara suhu mencapai 44 derajat di beberapa wilayah dan di daerah ibu kota Bangkok serta wilayah metropolitan mengalami suhu di atas 40 derajat. Departemen Meteorologi mengatakan musim panas tahun ini diperkirakan akan lebih panas 1 hingga 2 derajat dari tahun lalu dan curah hujan akan lebih rendah dari rata-rata.

Badan Pengendalian Penyakit Belanda mengatakan pada pekan lalu setidaknya 30 orang telah meninggal akibat serangan panas sepanjang tahun ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Heatwave di Indonesia

Waspada, Cuaca Jakarta Memanas
Warga beraktivitas menggunakan payung saat suhu udara mencapai 35 derajat Celcius di Kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (22/10/2019). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah) Event

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa fenomena udara panas yang melanda Indonesia beberapa hari terakhir bukan merupakan fenomena heatwave atau gelombang panas.

“Jika ditinjau secara karakteristik fenomena, maupun secara indikator statistik pengamatan suhu kita tidak termasuk ke dalam kategori heatwave, karena tidak memenuhi persyaratan sebagai gelombang panas,” kata Deputi Meteorologi BMKG Guswanto pada Kamis (3/5/2024) mengutip dari Antara.

Pihaknya menjelaskan berdasarkan data rekapitulasi meteorologi BMKG selama 24 jam terakhir suhu sebagian besar wilayah Indonesia cukup meningkat sebesar lima derajat di atas suhu rata-rata maksimum harian dan sudah bertahan sekitar lebih dari lima hari.

Berdasarkan pengamatan peningkatan suhu tersebut melanda mulai dari Jayapura, Papua (35,6 celcius), Surabaya, Jawa Timur (35,4 celcius), Palangka Raya, Kalimantan Tengah (35,3 celcius), Pekanbaru-Melawi, Kalimantan Barat-Sabang, Aceh, dan DKI Jakarta (34,4 celcius).

Menurut penjelasannya peningkatan suhu tersebut tidak sama dengan yang dialami sejumlah negara Asia lainnya seperti Myanmar, Thailand, India, Bangladesh, Nepal, dan Cina. Diketahui beberapa negara tersebut mencapai titik maksimal sebesar 41,9 celcius hingga 44,6 celcius.

BMKG juga merekomendasikan masyarakat untuk meminimalkan waktu di bawah paparan matahari antara pukul 10.00 WIB hingga 16.00 WIB. Kemudian disarankan untuk selalu menggunakan cairan pelembab tabir surya SPF 30+ setiap dua jam untuk menjaga kulit.


Lantas Apa Itu Heatwave?

Ilustrasi suhu udara panas (Istimewa)
Ilustrasi suhu udara panas (Istimewa)

Melansir dari Bakrie.ac.id Gelombang panas atau heatwave adalah suatu periode cuaca panas ekstrem yang berkepanjangan berupa peningkatan suhu udara melebihi rata-rata yang terjadi tanpa jeda selama 5 hari maupun lebih.

Fenomena heatwave dapat terjadi baik di darat atau di laut dan ketika fenomena ini terjadi maka kelembaban udara akan mengalami peningkatan signifikan dalam waktu yang panjang. Fenomena ini juga umumnya terjadi pada wilayah yang terletak di lintang menengah hingga lintang tinggi.

Fenomenanya bisa terjadi di negara yang terletak di bagian utara serta selatan bumi. Kemudian suatu negara dapat dikatakan mengalami fenomena heatwave jika suhu maksimum mencapai suhu maksimum harian yang melebihi batas statistik dan rata-rata klimatologis.

Gelombang panas ini juga bisa terjadi karena beberapa faktor yang menjadi pemicunya. Misalnya karena faktor cuaca atau iklim seperti daerah yang cenderung memiliki iklim kering dan panas seperti gurun atau wilayah tropis cenderung mengalami gelombang panas.

Namun bisa juga karena cuaca yang tidak biasa seperti pola angin atau tekanan atmosfer yang ekstrim juga bisa menjadi penyebab terjadinya gelombang panas di wilayah yang sebelumnya tidak biasa mengalaminya.

Kemudian fenomena ini juga bisa terjadi karena faktor radiasi misalnya pemanasan dari matahari karena sinar matahari yang masuk ke bumi tentu akan diserap oleh tanah dan air yang akhirnya membuat suhu meningkat.

Aktivitas manusia juga bisa jadi faktor terjadinya gelombang panas seperti pembakaran bahan bakar fosil dan limbah industri yang menghasilkan berbagai jenis gas. Misalnya gas karbon dioksida, metana, atau oksida nitrogen.


Dampak Heatwave Pada Kesehatan

Waspada, Cuaca Jakarta Memanas
Warga beraktivitas menggunakan payung saat suhu udara mencapai 35 derajat Celcius di Kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (22/10/2019). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah) Event

Mengutip dari Siloam Hospital ada beberapa dampak yang bisa terjadi ketika fenomena gelombang panas terjadi di suatu wilayah. Berikut ini beberapa dampak yang berpengaruh pada kesehatan seseorang:

1. Dehidrasi

Dampak pertama dari heatwave adalah dehidrasi yang bisa terjadi karena tubuh mengeluarkan cairan lebih banyak dibandingkan dengan cairan yang masuk. Gejala umum dehidrasi bisa dilihat dari mulut kering, kulit kering, pusing, lemas, dan lain-lain.

2. ISPA

ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan kondisi yang terjadi karena adanya virus atau bakteri pada saluran pernapasan. Kondisi ini juga rentan terjadi selama gelombang panas karena perubahan cuaca yang ekstrem.

Diketahui perubahan cuaca bisa membuat sistem imun tubuh perlu beradaptasi dengan drastis sehingga bisa mengganggu fungsinya dalam melawan infeksi. Gejala ISPA umumnya adalah sesak napas, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, hingga demam.

3. Heatstroke

Heatstroke adalah dampak kesehatan yang bisa terjadi ketika fenomena gelombang panas. Heatstroke merupakan salah satu jenis hipertermia yang menyebabkan kondisi darurat medis karena berisiko menyebabkan kerusakan sistem saraf, koma, hingga kematian.

Gejalanya bisa berupa peningkatan suhu tubuh hingga 40 derajat celcius, sesak napas, muncul ruam pada kulit, kejang, hingga penurunan kesadaran.

4. Masalah kulit

Masalah kulit bisa terjadi karena tingginya suhu dan kelembaban udara saat fenomena gelombang panas terjadi. Pasalnya kelenjar keringat mengeluarkan keringat lebih banyak untuk mempertahankan suhu tubuh normal.

Namun jika kondisi tersebut terjadi dalam waktu lama kondisinya bisa menyebabkan kulit kering dan dehidrasi. Bahkan bisa memperburuk kondisi seseorang yang memiliki masalah kulit seperti dermatitis atopik atau eksim.

Saat fenomena gelombang panas radiasi sinar UV dari cahaya matahari juga bisa meningkat dan berisiko menyebabkan kanker kulit. Sehingga masyarakat diimbau untuk terus menggunakan tabir surya atau sunscreen secara rutin terutama saat keluar ruangan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya