Unpad Kaji Potensi Limbah Kerang Hijau Jadi Anti-Kandidiasis

Limbah kerang hijau dalam penelitian ini didapatkan dari pesisir Pantai Kejawanan, Kota Cirebon.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 17 Jul 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 21:00 WIB
Cara Memilih Kerang Hijau yang Aman
Kerang Hijau / Sumber: Pixabay

Liputan6.com, Bandung - Universitas Padjadjaran (Unpad) disebut tengah melakukan riset terkait limbah kerang hijau yang berpotensi untuk pemanfaatan anti-kandidiasis. Penelitian itu dikerjakan oleh tim mahasiswa Fakultas Farmasi Unpad.

Riset dilakukan guna mengetahui ragam mikroorganisme kitinolitik yang terdapat dalam air laut menggunakan substrat kitin hasil fungsionalisasi limbah kerang hijau. Limbah kerang hijau dalam penelitian ini didapatkan dari pesisir Pantai Kejawanan, Kota Cirebon.

Tim riset terdiri atas Rahadhyan Adnyanaschah selaku ketua dan beranggotakan Dzava Prawinsyah Fairus Ismail, Bintang Satrio Mahardika, Yolla Adellia Putri, dan Nafis Shafa di bawah bimbingan dosen Dr. Tina Rostinawati, S.Si., M.Si.

Tim ini berhasil mendapatkan pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) Kemdikbudristek 2024.

“Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait ragam mikroorganisme kitinolitik yang berpotensi sebagai antikandidiasis sekaligus mengatasi penumpukkan limbah di ekosistem laut dengan memanfaatkan kembali sumber daya yang dimiliki laut itu sendiri,” kata Rahadyan dikutip dari laman Unpad (16/7/2024).

Tim peneliti menyampaikan, hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat dalam mengatasi pertumbuhan jamur penyebab kandidiasis. Kandidiasis sendiri merupakan penyakit infeksi jamur oportunistik spesies Candida, termasuk Candida albicans. Spesies tersebut diketahui memiliki dinding sel yang tersusun oleh senyawa kitin.

Dengan demikian, salah satu upaya dalam mengatasi pertumbuhan jamur penyebab kandidiasis tersebut adalah dengan merusak kitin yang terkandung di dalamnya. Untuk merusak kitin pada C. albicans, diperlukan aktivitas kitinolitik (kitin dan litik/lisis yang berarti memecah) yang dimiliki oleh enzim kitinase pada beberapa mikroorganisme.

Mikroorganisme dengan aktivitas ini banyak ditemukan di air laut karena banyaknya kandungan kitin yang terdapat pada biota laut seperti udang dan kerang. Jenis dan ragam mikroorganisme kitinolitik nantinya dapat diketahui melalui proses penapisan bakteri kitinolitik.

Isolat air laut Pantai Kejawanan dalam penelitian ini diperoleh pada tiga jarak berbeda, yakni 5,00 km; 5,08 km; dan 5,18 km dari pesisir pantai. Tujuannya untuk mengetahui perbedaan ragam mikroorganisme kitinolitik dari masing-masing jarak tersebut.

Berdasarkan pengujian laboratorium, telah ditumbuhkan bakteri-bakteri dari isolat air laut melalui media substrat kitin dari cangkang kerang hijau. Hal tersebut membuktikan bahwa pada air laut terdapat mikroorganisme dengan aktivitas kitinolitik sehingga dapat tumbuh dalam media kitin.

Bakteri yang telah didapatkan selanjutnya dikarakterisasi secara morfologi, pewarnaan gram, dan uji biokimia. Hasil penapisan juga akan dispesifikasi terkait identitas bakteri dan dianalisis hubungan kekerabatannya dengan bakteri-bakteri lainnya.

Adapun pengujian lainnya berupa penentuan aktivitas kitinolitik dari enzim kitinase menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis serta penentuan aktivitas antikandidiasis terhadap C. albicans melalui uji daya hambat.

“Mikroorganisme kitinolitik ini diharapkan mampu menghasilkan daya hambat yang baik terhadap C. albicans, sehingga nantinya mikroorganisme ini bisa dimanfaatkan menjadi pengobatan yang aman untuk kandidiasis,” ujar Rahadhyan.

Penyebab Keputihan

Mengutip artikel Liputan6.com, berjudul Penyebab Keputihan, Gejala, dan Cara Mengatasinya yang Tepat, penyebab keputihan bisa terjadi karena proses normal tubuh ataupun karena infeksi. Penyebab keputihan normal adalah perubahan hormon, rangsangan seksual, stress, hingga karena ibu menyusui.

Sedangkan penyebab keputihan tidak normal atau akibat infeksi sering kali didipengaruhi oleh beberapa mikroorganisme di antaranya adalah  jamur kandida (kandidiasis), selain itu seperti bakteri (vaginosis bacterial dan klamidiasis) dan protozoa (trikomoniasis).

Penyebab keputihan akibat infeksi ini biasanya disebabkan oleh kurangnya kebersihan pada area vagina, ketidakseimbangan kuman pada vagina, baik karena obat-obatan atau hormon, hingga karena hubungan seksual.

Penyebab keputihan akibat infeksi ini tentunya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:

- Menderita penyakit diabetes.

- Terdapat iritasi di bagian vagina

- Konsumsi pil KB dan obat kortikosteroid.

- Menipisnya dinding vagina akibat menopause.

- Menurunnya sistem kekebalan tubuh, misalnya penyakit HIV

- Terlalu sering membersihkan vagina dengan semprotan air

- Menggunakan sabun atau losion yang mengandung pewangi.

- Melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dan sering berganti pasangan.

 

Infeksi Kulit dan Mulut

Sementara, melansir alodokter, candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candidiasis biasanya terjadi di kulit, mulut, dan kelamin. Jika tidak ditangani, infeksi ini bisa menyebar ke organ tubuh lain, seperti usus, ginjal, jantung, dan otak.

Candidiasis dapat dialami oleh siapa saja. Namun, orang dengan daya tahan tubuh yang lemah lebih berisiko terkena infeksi ini. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan turunnya kekebalan tubuh adalah diabetes, kanker, dan HIV/AIDS.

Penyebab CandidiasisPada keadaan normal, jamur Candida memang hidup di kulit dan beberapa bagian tubuh, seperti mulut, tenggorokan, saluran cerna, dan vagina, tanpa menyebabkan gangguan kesehatan. Namun, jamur ini bisa membahayakan tubuh bila berkembang biak tidak terkendali atau masuk ke aliran darah, ginjal, jantung, dan otak. Kondisi ini disebut juga dengan infeksi oportunistik.

Pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terkendali dari jamur Candida paling sering disebabkan oleh daya tahan tubuh yang lemah. Beberapa faktor yang bisa melemahkan daya tahan tubuh adalah:

  • Menderita diabetes, HIV/AIDS, kanker, atau menjalani kemoterapi
  • Menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
  • Menggunakan antibiotik dalam jangka waktu yang lama
  • Menderita obesitas atau malnutrisi
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya