Jurus Purbalingga Selamatkan Mata Air yang Kritis akibat Alih Fungsi Lahan

Masyarakat diimbau untuk melakukan gerakan konservasi mata air

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 14 Agu 2024, 12:44 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2024, 12:44 WIB
Warga Purbalingga memiliki tradisi merawat mata air untuk kehidupan dengan ritual-ritual budaya. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Warga Purbalingga memiliki tradisi merawat mata air untuk kehidupan dengan ritual-ritual budaya. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah berkomitmen untuk upaya konservasi air. Hal ini ditujukan guna mengembalikan debit air di setiap mata air agar kepentingan pengairan pada pertanian tidak mengalami kekurangan.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyatakan siap memfasilitasi apa yang jadi kebutuhan dalam proses konservasi ini. Dia juga mengajak seluruh elemen bergabung dalam upaya konservasi mata air.

"Ini koordinasikan dengan Dinas Lingkungan Hidup. Saya minta bibit-bibit tanaman keras untuk dropping ke Desa Karangjengkol agar pemuda-pemudanya bergerak bareng melaksanakan konservasi," kata Bupati Tiwi dalam acara Sambang Tani Kecamatan Kutasari, Senin (12/8/2024) di Balai Desa Candinata.

Untuk diketahui, Desa Karangjengkol merupakan desa ujung paling atas di Kecamatan Kutasari yang sebagian wilayahnya merupakan kaki Gunung Slamet. Desa ini juga salah satu penyuplai kebutuhan air untuk pertanian di wilayah Kutasari.

Karenanya, bupati juga mengimbau masyarakat di sekitar mata air untuk melakukan gerakan konservasi. Sebab konservasi air merupakan langkah jangka panjang untuk membenahi kualitas pengairan.

Meski demikian, Ia juga menyiapkan solusi lain guna meningkatkan debit air untuk pertanian.

"Bagi wilayah yang kekurangan akses irigasi, tahun 2025 kami memiliki program irigasi perpompaan menggunakan tenaga surya yang tidak membutuhkan bahan bakar. Ini bisa dimanfaatkan sepanjang disekitarnya terdapat sumber mata air termasuk sumur pantek," ujarnya.

Bupati mengapresiasi sejumlah kelompok petani di wilayah Kecamatan Kutasari yang telah mampu melakukan intensifikasi pertanian sehingga mampu 3 kali panen padi dalam setahun.

Kelompok tersebut antara lain berasal dari Desa Limbangan, Candiwulan, Karanglewas, dan Karangklesem.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Alih Fungsi Lahan Penyebab Mata Air Kritis

Sementara itu Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kutasari, Lulut Hasrie Saptiwi mengungkapkan permasalahan utama terkait konservasi air salah satunya alih fungsi lahan wilayah atas yang tadinya hutan jadi lahan pertanian.

"Daerah atas yang sebagai daerah tangkapan air permasalahan yang kita hadapi adalah menurunnya kepadatan vegetasi, jadi agak cukup kritis daerah di sana," kata Lulut.

Sejumlah upaya dilakukan di Kecamatan Kutasari antara lain, mengadakan gerakan menanam tanaman konservasi dan buah-buahan di 5 areal mata air. Pihaknya juga mengajak menjaga kelestarian mata air dan sungai merupakan tanggungjawab bersama.

"Kami menggagas barangkali perlu kerja sama dengan Dinas Pendidikan terkait mata pelajaran konservasi kepada muatan lokal mungkin di dalamnya ada pertanian," katanya.

Ia juga mengusulkan agar masyarakat di wilayah atas untuk semangat ternak kambing dan domba. Sebab dengan ternak tersebut, masyarakat akan terdorong menanam tanaman konservasi sebagai pakan ternak.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya