Tiga Hari Sebelum Tewas, Siswi MI Korban Pembunuhan di Banyuwangi Ungkap Kasih Sayang Lewat Coretan di Dinding

Tiga hari sebelum tewas dibunuh dan diduga diperkosa, CNA bocah gadis 7 tahun di Kalibaru, Banyuwangi mengungkapkan kasih sayang kepada keluarganya.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 15 Nov 2024, 18:45 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2024, 18:42 WIB
Coretan tangan CNA bocah 7 tahun yang tewas dibunuh dan diperkosa tiga hari sebelum kejadian (Istimewa)
Coretan tangan CNA bocah 7 tahun yang tewas dibunuh dan diperkosa tiga hari sebelum kejadian (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Tiga hari sebelum tewas dibunuh dan diduga diperkosa, CNA bocah gadis 7 tahun di Kalibaru, Banyuwangi mengungkapkan kasih sayang kepada keluarganya. Hal itu tampak dari coretan tangan korban di dinding rumah korban yang menuliskan namanya beserta mama, papa dan kakaknya disertai tanda hati. “Sebelum meninggal, Carla nulis ini (coretan). Sekarang jadi kenang-kenangan bagi kami,” ungkap kakek korban, Sutrisno Kamis, (15/11/2024). 

Baginya, cucu perempuannya itu adalah anak yang manis dan disayangi seluruh anggota keluarganya karena sifat baiknya yang suka membantu mencuci bahkan membuatkan kopi untuk kakeknya. “Kami sayang Carla. Masnya, B (10) dan saya kalau dapat jajan dari pengajian tidak pernah dimakan. B saya suruh makan tidak mau, katanya untuk Carla. Jajan saya juga, kami jadikan satu,” ceritanya. 

Sutrisno juga mengenang Carla sebagai anak Shaleha, yang rajin pergi ke masjid saat salat maghrib dan subuh. Ia dengan semangat pergi salat subuh bersama kakek dan neneknya. Bahkan 2 hari sebelum meninggal, bocah kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah setempat itu dibelikan mukena baru oleh neneknya setelah mukenah sebelumnya hilang. “Carla senang sekali, dia sampai lari-lari saking senangnya karena mukena akan digunakan berjemaah di masjid. Mukena belum dipakai, Carla meninggal,” tutur Sutrisno. 

Tak hanya itu, Sutrisno juga menceritakan bahwa selama 3 hari sebelum meninggal, gadis cilik itu sering menanyakan tentang keberadaan surga. “Kata bunda (guru) di sekolah rajin salat akan masuk surga, di surga banyak taman, dia tanya bagaimana tamannya, kakek tidak bisa jelasin. Besok nanya lagi,” ujarnya. 

Kini, kakek dan keluarga korban hanya berharap pelaku segera ditemukan dan mendapatkan hukuman seberat-beratnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. “Harapannya semoga pelaku dapat di tangkap secepatnya biar kami dapat keadilan,” tandasnya.

Keluarga Korban Sakit Hati

Sutrisno Kakek CNA bocah 7 tahun korban pembunuhan dan poemerkosaan di Desa Kalibarumanis Banyuwangi (Istimewa)
Sutrisno Kakek CNA bocah 7 tahun korban pembunuhan dan poemerkosaan di Desa Kalibarumanis Banyuwangi (Istimewa)

Lebih lanjut Sutrisno mengungkapkan rasa sakit hatinya kepada pelaku yang telah bertindak keji menyebabkan hilangnya nyawa korban. Hal tersebut diungkapkan kakek korban, Sutrisno yang mengatakan tak habis pikir pelaku melakukan penyerangan kepada bocah yang masih berusia 7 tahun itu. “Saya sakit hati. Saya tidak pernah punya masalah, apalagi ayah dan ibu Carla,” ungkap Sutrisno.

Ayah dan ibu korban masih tinggal serumah dengan Sutrisno yang merupakan kakek dari ibu CNA, sementara ayah korban sehari-harinya bekerja di sebuah pabrik triplek di Desa Wonosobo, Kecamatan Srono, Banyuwangi. “Ayah Carla kerja di pabrik triplek, pulang 2 minggu sekali. Kami tidak punya masalah dengan siapapun,” tuturnya. 

Menurutnya, keluarganya bahkan jarang keluar rumah, kecuali sekedar untuk belanja ke warung atau pergi melakukan ibadah salat berjemaah di masjid terdekat. “Keluar paling ke masjid ke warung. Tidak pernah buat masalah,” ujarnya lagi. 

Sutrisno mengaku sangat sakit hati dengan pelaku yang dengan sadis memukul kepala korban hingga pecah, mengambil perhiasan korban, diduga memperkosa lalu membunuhnya. “Saya tidak punya dendam, saya pasrahkan ke pihak yang berwajib. Mohon doakan adik Carla mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” pintanya. 

Sementara itu, korban yang dibunuh sepulang sekolah di lokasi yang berjarak hanya 100 meter dari rumahnya itu dikatakan Sutrisno juga tak pernah menceritakan perihal gangguan dari orang lain. Seperti diketahui, selama 3 bulan, CNA setiap harinya pulang dari sekolahnya mengendarai sepeda ontelnya sendirian melewati jalan setapak di tengah perkebunan. “Tidak pernah cerita diganggu orang, hanya pernah cerita takut dikejar anjing. Lingkungan pun tidak pernah ada masalah, tidak pernah ada kriminal,” beber Sutrisno.

Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya