Liputan6.com, Gorontalo - Nama Frida D.H. Pakaya, Branch Manager Bank Sulutgo (BSG) Cabang Gorontalo, menjadi perhatian publik setelah bank yang dipimpinnya terseret dalam kasus dugaan raibnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) milik SDN 56 Kota Timur yang disimpan melalui KASDA online BSG.
Berdasarkan data yang dirilis pada Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tahun 2023, Frida Pakaya telah melaporkan total kekayaannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) senilai Rp2.996.545.067.
Informasi tersebut tercatat dalam sistem E-LHKPN milik KPK dengan rincian sebagai berikut:
Advertisement
- Tanah dan Bangunan: Frida memiliki sejumlah aset berupa tanah dan bangunan yang berlokasi di Kabupaten/Kota Gorontalo dengan nilai total Rp2.050.000.000.
- Alat Transportasi dan Mesin: Ia tercatat memiliki tiga kendaraan bermotor dengan total nilai Rp247.500.000, yaitu mobil Honda Minibus tahun 2011, Toyota Wagon Minibus tahun 2001, dan sepeda motor Yamaha NMAX tahun 2018.
- Harta Bergerak Lainnya: Aset bergerak lainnya dilaporkan senilai Rp213.250.000.
- Surat Berharga: Frida memiliki surat berharga senilai Rp171.700.213.
- Kas dan Setara Kas: Dana tunai dan setara kas yang dimilikinya tercatat sebesar Rp314.094.854.
Namun, Frida juga melaporkan memiliki kewajiban berupa utang sebesar Rp137.646.553, sehingga total kekayaan bersihnya mencapai Rp2.858.898.514.
Baca Juga
Frida Pakaya sendiri memulai kariernya sebagai Kepala Cabang BSG Kwandang di Gorontalo Utara sejak tahun 2017. Pada tahun 2023, ia diangkat menjadi Branch Manager BSG Cabang Gorontalo.
Karier cemerlang tersebut kini dihadapkan pada tantangan besar, seiring dengan sorotan terkait kasus dana BOS yang mencuat ke publik.
Kasus dugaan hilangnya dana BOS SDN 56 Kota Timur yang disimpan di KASDA online BSG terus menjadi perhatian masyarakat.
Hingga kini, pihak bank BSG belum mengungkap dan memberi keterangan resmi kronologi hilangnya uang puluhan juta itu. Sebagai pimpinan cabang, Frida menjadi salah satu figur yang tak luput dari perhatian dalam dinamika penyelesaian kasus ini.
Meski dana itu telah kembali, hingga kini pihak bank BSG belum mengungkap dan memberi keterangan resmi kronologi hilangnya uang puluhan juta tersebut.
Sebagai pimpinan cabang, Frida menjadi salah satu figur yang tak luput dari perhatian dalam dinamika penyelesaian kasus ini.
Simak Video Pilihan Ini:
Kronologi Dana Bos Raib
Sebelumnya, puluhan juta dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) milik SDN 56 Kota Timur, Gorontalo, yang tersimpan di Bank SulutGo (BSG), tiba-tiba hilang dari rekening sekolah. Kejadian ini baru terungkap pada Sabtu, 7 September 2024 lalu, sekitar pukul 04.00 Wita pagi.
Bendahara BOS, Holand Jusuf, menerima notifikasi dari bank yang menginformasikan adanya transaksi keluar dari rekening sekolah sebanyak empat kali.
Setelah dicek, ternyata transaksi tersebut masing-masing senilai Rp20 juta sebanyak tiga kali dan Rp9 juta satu kali.
"Transaksi dilakukan bertahap. Uang sebesar Rp20 juta keluar tiga kali, kemudian Rp9 juta sekali, tanpa ada pemberitahuan atau persetujuan dari pihak sekolah," ujar Holand kepada media pada Jumat, 13 September 2024 lalu.
Setelah mengetahui hal tersebut, Holand langsung menghubungi kepala sekolah dan operator untuk memastikan apakah ada yang melakukan transaksi tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
Kepala SDN 56 Kota Timur, Hardoni Biludi, membenarkan adanya kasus tersebut. Setelah menyadari hilangnya dana, ia segera berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Gorontalo.
"Saya langsung melaporkan kejadian ini ke Dinas Pendidikan dan saat ini kasusnya sedang ditangani oleh pihak Polres serta Bank SulutGo," ujar Hardoni.
Dana BOS tersebut seharusnya digunakan untuk pembayaran gaji guru honorer, sewa listrik, air, dan kebutuhan operasional sekolah selama tiga bulan.
Advertisement
Sorotan DPRD
Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Meyke Camaru, juga menyoroti kasus hilangnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SDN 56 Kota Timur yang disimpan dalam rekening KASDA online milik BSG.
Meyke menilai kasus ini membutuhkan transparansi dari pihak BSG untuk mengungkap penyebab hilangnya dana tersebut. Ia menduga pihak BSG sudah mengetahui siapa oknum yang terlibat dalam kasus ini.
“Karena ini sudah menjadi konsumsi publik, tentunya kami berharap ada transparansi,” ujar Meyke melalui telepon, Rabu (15/01/2025).
Ia juga mengungkapkan bahwa perlu dilakukan pendalaman oleh pihak kepolisian untuk mengungkap mengapa dana BOS yang disimpan di rekening bank bisa hilang tanpa alasan yang jelas.
“Saya belum tahu apa bentuk atau putusan akhir dari penyelesaian kasus ini, sehingga tentunya butuh pendalaman,” katanya.
Meyke pun merasa penasaran dengan sikap BSG yang di awal kasus menyatakan bahwa transaksi tersebut normal dan tidak ada anomali, namun tiba-tiba mengembalikan dana tersebut kepada pihak sekolah.
“Kalau BSG sudah turun melakukan pengembalian berarti ada alasan pembenarnya, namun hal ini saya belum tahu,” ungkap Meyke.
Sebagai kader berlambang pohon beringin, Meyke menyarankan agar sistem administrasi dalam mekanisme pencairan dana BOS antara pihak sekolah dan BSG diperketat ke depannya