Mengenal Ringeeng Ayangk, Potret Anak Muda yang Berjuang Pertahankan Budaya

Sanggar Tari Ringeeng Ayangk menjadi pembuktian Nurvia Minati Ribka atas kecintaan terhadap seni tari Suku Dayak Benuaq.

oleh Abdul Jalil diperbarui 23 Jan 2025, 02:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2025, 02:00 WIB
Sanggar Tari Ringeng Ayangk
Para penari di Sanggar Tari Ringeng Ayangk latihan di depan sebuah rumah. Latihan di tempat sederhana ini menjadi pembuktian Nurvia Minati Ribka atas kecintaannya pada tarian tradisional Suku Dayak Benuaq.... Selengkapnya

Liputan6.com, Kutai Barat - Pada tahun 2022 silam, dalam ajang Monaq Ringeeng Sendawar, Nurvia Minati Ribka terpilih menjadi Ringeeng. Sebagai perwakilan dari Kecamatan Damai, Nurvia menyingkirkan kandidat dari berbagai kecamatan lain di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Untuk memahami makna Monaq Ringeng, ajang ini mirip dengan ajang Abang None di DKI Jakarta. Hampir mirip dengan duta atau putri pariwisata, tugas Monaq dan Ringeeng tentu saja tak hanya mempromosikan wisata, namun juga budaya dan kearifan lokal Kutai Barat.

“Monaq di ibaratkan sebagai lelaki yang gagah perkasa dan tampan, dan Ringeeng sendiri adalah diibaratkan sebagai wanita yang cantik rupawan tetapi ini khusus untuk Kutai Barat,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kutai Barat, Yuyun Diah Setiorini, dikutip dari portal resmi Pemerintah Kabupaten Kutai Barat.

Terpilihnya Nurvia menandai perjalanan panjang perempuan cantik Suku Dayak Benuaq ini dalam menjalankan tugasnya sebagai Ringeeng. Lantas bagaimana kemudian dia membentuk sanggar seni Ringeeng Ayangk?

Ini bermula ketika PT Bharinto Ekatama menantang para finalis Monaq Ringeeng Sendawar untuk membuat program atau karya nyata di bidang budaya. Tantangan ini diberikan perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di Kabupaten Kutai Barat sebagai aksi nyata Monaq Ringeeng di lingkungan tempat tinggal mereka.

“Sayangnya setelah pemilihan selesai, mereka tidak pernah lagi berkonsultasi dengan kami. Tahun 2022 itu, hanya ada satu Ringeeng yang membuat sebuah sanggar tari yaitu sanggar tari Ringeeng Ayangk dari Kecamatan Damai,” kata Community Development Head PT Bharinto Ekatama, Kristinawati.

Padahal, sambung Kristinawati, tantangan yang diberikan sesuai minat para finalis di setiap tahunnya. Seperti Nurvia yang merupakan penari, maka di Kampung Muara Bomboy tempat tinggalnya, dia mendapat tantangan membentuk sanggar tari.

Setelah berjalan 2 tahun, Sanggar Tari Ringeeng Ayangk tetap eksis sampai sekarang. Selain memberikan bantuan pembinaan, peralatan, hingga biaya operasional, PT Bharinto Ekatama juga mengajak ke berbagai event yang mengenalkan budaya.

“Kalau ada event-event dari PT Bharinto Ekatama, mereka-mereka inilah yang kita pakai. Juga ketika ada undangan kami ke Jakarta atau pun ke mana, mereka pasti di bawa sebagai salah satu upaya pelestarian kita terhadap budaya lokal,” ujar Kristinawati.

Dari Penari untuk Penari

Nurvia Minati Ribka
Nurvia Minati Ribka berpose dengan mengenakan selendang Ringeeng Sendawar 2022.... Selengkapnya

Saat terpilih menjadi Ringeeng Sendawar 2022, sejak itulah Nurvia Minati Ribka bercita-cita mewujudkan tantangan yang diberikan kepadanya. Sambil menjalankan tugasnya sebagai Ringeeng, dia pun mulai membentuk sanggar tari yang diberi nama Ringeeng Ayangk.

“Merupakan program kerja menjadi Ringeng dan salah satunya ingin berkontribusi dalam pelestarian budaya dan seni asli Kutai Barat. Kebetulan saya adalah penari dan pemain musik daerah jadi tugas yang di berikan kepada saya adalah membuat sanggar tari,” kata Nurvia, Minggu (19/1/2025).

Pekerjaan yang tentu saja tidak mudah. Untungnya, tantangan itu mendapat dukungan dari si pemberi tantangan, yaitu PT Bharinto Ekatama.

Saat mulai membentuk, dia harus mencoba meyakinkan banyak orang terutama para pelajar di kampungnya agar mau belajar menari. Perlahan Nurvia mencoba menjaring minat orang-orang di sekitarnya.

“Kesulitannya selama ini adalah kita menjaring para anggota yang mau belajar. Karena sebagian besar kita melatihnya dari nol. Serta pembentukan organisasi untuk mendaftarkan ke dinas terkait. Pada saat itu juga alat musik yang kami butuhkan juga tidak lengkap serta alat-alat peraga tari seperti gantar, tongkat, seraung juga belum ada,” kenang Nurvia.

Dukungan perusahaan tambang batu bara lewat pembiayaan Comunity Development sangat membantu Nurvia dan sanggar tarinya untuk eksis dan berkembang. Perlahan para penari mulai berlatih meski diawali dengan perlengkapan seadanya.

Tantangan yang diberikan kepada Nurvia kini berhasil dibuktikannya. Pembuktian itu juga sejalan dengan komitmen PT Bharinto Ekatama untuk membantu orang-orang seperti Nurvia yang ingin mempertahankan budaya mereka.

“Contohnya di tahun 2023, saat terbentuknya kami di beri bantuan sebesar Rp30 juta untuk kelengkapan alat tari dan juga pakaian tari dan operasional,” katanya sumringah.

Tak melulu latihan menari, Nurvia bercerita jika sanggar tarinya sering diundang untuk mengisi ragam kegiatan terutama acara perusahaan. Hal seperti ini yang menjadi penyemangat para penari sebagai pembuktian kemampuan dan usaha mereka mempertahankan budaya.

“Beberapa kali kami diundang untuk mengisi acara di Jakarta dan acara di site (lokasi tambang). Tahun 2024 kami di bantu alat musik dan juga kembali aksesoris berupa gelang belian serta operasional. Dan kmi juga di berikan kesempatan tampil di undangan acara perusahaan di luar kalimantan,” kata Nurvia dengan nada bangga.

Nurvia memang patut berbangga diri sebab dia membuktikan kemampuannya dalam membina dan mempertahankan budaya di Kabupaten Kutai Barat. Gelar Ringeeng yang disematkan padanya cukup layak berkat usaha yang sudah dia buktikan.

“Sanggar tari butuhkan saat ini adalah tempat latihan yang memadai karena pada saat ini tempat latihan kami di teras depan rumah. Jika hari hujan, anak-anak tidak bisa latihan, dan baju tari karena baju tari hanya satu model dan sudah di pakai dua tahun ini,” kata Nurvia penuh harap.

Program Pengembangan Masyarakat

Bantuan untuk Ringeeng Ayangk
PT Bharinto Ekatama memberikan bantuan peralatan musik kepada Sanggar Tari Ringeeng Ayangk.... Selengkapnya

Mine Head PT Bharinto Ekatama, Iman Mandiri menjelaskan, Program Pemberdayaan Masyarakat merupakan bagian dari komitment perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Salah satu programnya fokus dengan pengembangan budaya lokal.

“Kami berupaya memaksimalkan potensi anak anak muda, dan mengembangkan potensi daerah di sekitar area kerja perusahaan kami,” kata Imam.

Selain itu, sambungnya, program yang dilaksanakan diharapkan selaras dengan program milik pemerintah.

“Sehingga PT Bharinto Ektama memiliki kontribusi dalam pembangunan daerah dan juga pengembangan potensi sumber daya alam dan juga manusia di sekitar area kerja kami,” ujarnya.

Pengembangan masyarakat yang dimaksud diantaranya bantuan sambungan listrik, ketahanan pangan seperti perkebunan hingga peternakan, pemberian beasiswa, dan lain-lain. Selain membina komunitas seni, perusahaan ini juga rutin menggelar Festival Sarut di Kecamatan Damai.

Sarut adalah wastra dari Suku Dayak Benuaq. Selain festival, pembinaan terhadap para perajin sarut juga terus dilakukan hingga menghasilkan ragam model pakaian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya