Liputan6.com, Yogyakarta - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) resmi menjadikan kawasan destinasi Parangtritis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai lokasi peluncuran dan percontohan Gerakan Wisata Bersih (GWB). Pengelolaan sampah yang belum optimal disebut bakal menjadi alasan penghambat citra Yogyakarta sebagai tujuan wisata unggul melalui wisata bersih.
Peluncuran GWB dilakukan Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana pada Kamis (23/1/2025) bersama dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
“GWB adalah langkah kolaboratif menuju pariwisata berkualitas dan berkelanjutan. Gerakan ini juga menyoroti pentingnya sanitasi dan toilet bersih sebagai salah satu amenitas utama yang mencerminkan kualitas destinasi wisata,” terang Menpar.
Advertisement
Baca Juga
Destinasi Parangtritis dipilih sebagai lokasi peluncuran program GWB karena menjadi ikon penting pariwisata Yogyakarta. Data BPS, sepanjang 2024 Pantai Parangtritis dikunjungi 2,77 juta orang.
Menpar Widiyanti menyebut GWB merupakan gerakan bersama untuk menciptakan dampak nyata dan jangka panjang bagi lingkungan masyarakat serta daya saing pariwisata Indonesia. Dalam pengelolaan sampah di Pantai Parangtritis, Kemenpar akan memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar. Pelatihan tersebut juga akan melibatkan akademisi.
“Saya percaya GWB bisa menjawab tantangan besar dalam menjaga kebersihan kelestarian dan keberlanjutan destinasi wisata kita," kata Menpar.
Pemda DIY akan membangun tempat pengolahan sampah tidak lama lagi di Bantul
Ke depan, program ini akan secara bertahap dilaksanakan di lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang, serta di tiga Greater Destination, yaitu Bali, Jakarta, dan Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar).
Melalui implementasi di destinasi-destinasi prioritas ini, GWB menjadi model inspiratif yang dapat diterapkan di berbagai kawasan wisata lain di Indonesia.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menambahkan sebagai dukungan GWB. Pemda akan membangun tempat pengolahan sampah tidak lama lagi di Bantul. Dipastikan Maret-April nanti seluruh kota/kabupaten di DIY punya industry pengelolaan sampah.
Baca Juga
Baginya, pengelolaan sampah yang belum optimal terutama di destinasi wisata, menjadi salah yang bisa menjadi penghambat dalam menjaga citra Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata yang unggul melalui gerakan wisata bersih.
“Melalui implementasi gerakan wisata bersih kita membangun sebuah ekosistem pariwisata yang bebas sampah, berdaya saing tinggi, dan menjadi inspirasi daerah lain memperkuat pariwisata berkelanjutan,” ujar Sultan.
Advertisement
Kemenpar segera melakukan dua langkah penting mewujudkan pariwisata berkelanjutan.
Dihubungi, pakar kebijakan pariwisata berkelanjutan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sakir Ridho Wijaya menyatakan menjadikan DIY sebagai lokasi peluncuran dan percontohan GWB terkesan terlalu dini.
“Sepertinya terlalu dini, langsung sebagai percontohan wisata bersih, karena persoalan sampah belum bisa diatasi. Seharusnya DIY lebih fokus bagaimana pembangunan pengembangan industri pariwisata pada penguatan aspek lingkungan,” kata Sakir yang merupakan dosen Prodi Ilmu Pemerintah Fisipol UMY, Jumat (24/1/2025).
Agar GWB kemarin tidak hanya sekedar menjadi seremonial saja, Sakir meminta Kemenpar segera melakukan dua langkah penting mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Pertama, mengkonsepkan wisata bersih itu seperti apa.
Baca Juga
“Aspek kebersihan kunci pariwisata berkelanjutan. Kebersihan bisa dilihat dari banyak perspektif, apakah sekedar tempatnya bersih atau juga memang sampai dari tata kelolanya,” lanjutnya.
Langkah kedua adalah penguatan kelembagaan pengelola destinasi wisata sehingga bisa diintegrasikan dengan rencana pembangunan daerah. Disinilah menurut Sakir, peran pemerintah daerah penting sebagai fasilitator dan penyedia anggaran.
Dia mencontohkan bagaimana seharusnya Pemda DIY dengan Dana Keistimewaan (Danais) fokus menghadirkan sistem tata kelola persampahan menjadi barang bernilai tambah.