Pemda DIY dan University of Nottingham Berbagi Soal Integrasi Transportasi dan Tata Kota, Hasilnya?

Transportasi dan tata kota adalah dua entitas yang tak terpisahkan, seperti tubuh dan nadi. Kota yang maju tidak ditentukan oleh kemewahan kendaraan, tetapi oleh mobilitas warga untuk bergerak bebas tanpa terhambat oleh polusi dan kemacetan.

oleh Yanuar H Diperbarui 06 Mar 2025, 18:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2025, 18:00 WIB
Tugu Pal Putih Yogyakarta Kian Apik Tanpa Gangguan Kabel Melintang
Pesepeda berfoto di perempatan Tugu Pal Putih Yogyakarta, Sabtu (26/12/2020). Kini, proses penataan kembali kawasan Tugu Pal Putih Yogyakarta rampung dilakukan, dan area yang menjadi salah satu ikon kota Yogya terlihat lebih rapi tanpa gangguan kabel melintang. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Sharing Session antara Pemda DIY dengan University of Nottingham, United Kingdom di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta membahas mengenai transportasi dan tata kota yang proporsional. University of Nottingham melalui pakarnya dari University of Nottingham, Inggris, termasuk Dr. Bagus Muljadi, Dr. Christopher Wood, Prof. Kathy Johnson, dan Lucy Rose sangat tertarik dengan The Cosmological Axis of Yogyakarta atau Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Acara berbagi ini merujuk pada tata kota yang ideal yang menurut Beny adalah cerminan peradaban dan harapan masyarakat. Beny menekankan jika tantangan utama saat ini bukanlah membangun infrastruktur baru, melainkan membangun kesadaran bahwa mobilitas adalah hak setiap warga.

“Perencanaan kota yang berorientasi pada transportasi umum dan pejalan kaki dapat menciptakan ruang yang lebih manusiawi dan berkelanjutan,” kata Beny Kamis 27 Februari 2025.

Dalam Sharing Session soal transportasi dan tata kota ini Beny menjelaskan, bagaimana tata kota dapat memberikan ruang bagi mereka yang berjalan kaki, bersepeda, dan mengandalkan transportasi umum. Ia menekankan bahwa kebijakan transportasi harus berfokus pada konektivitas, aksesibilitas, dan kelestarian lingkungan, bukan hanya pada pertumbuhan kendaraan bermotor.

Beny menyoroti pentingnya tata kota yang mencerminkan identitas budaya dan nilai-nilai masyarakat. Menurutnya Yogyakarta telah menerapkan konsep tata ruang berbasis budaya sesuai filosofi sangkan paraning dumadi yang menempatkan manusia dalam keseimbangan dengan Tuhan dan alam.

"Kota yang dibangun dengan mempertimbangkan budaya lokal cenderung lebih berkelanjutan karena selaras dengan kebiasaan masyarakatnya," tambah Beny.

Menurutnya dalam perencanaan kota masa depan harus mampu menggabungkan inovasi modern dengan kearifan lokal, yang artinya teknologi dan pembangunan harus digunakan untuk memperkuat akar budaya, bukan menggerusnya. Pertemuan ini Beny berharap dapat membuka perspektif baru dan menghasilkan gagasan-gagasan inspiratif untuk mewujudkan Yogyakarta yang lebih baik, tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi mendatang.

“Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Yogyakarta berkomitmen untuk menjadi kota yang berkelanjutan dan ramah bagi semua warganya,” ujarnya.

Kathy Johnson, perwakilan dari University of Nottingham, menekankan soal pentingnya kolaborasi antara dunia akademis dan pemerintah dalam menghadapi tantangan global, terutama dalam bidang engineering dan pembangunan berkelanjutan. Menurutnya untuk mewujudkan transportasi dan tata kota yang baik, berbagai tantangan harus dihadapi, termasuk tantangan engineering yang tidak hanya terfokus pada inovasi teknologi, tetapi juga pada bagaimana teknologi tersebut dapat diimplementasikan secara efisien dan berkelanjutan.

"Pertanyaannya adalah, apa yang bisa dan seharusnya kita lakukan? Jawabannya tergantung pada siapa kita. Beberapa dari kita mungkin dapat melakukan perubahan kecil, tetapi kita juga perlu mendorong perubahan yang lebih besar melalui kebijakan yang mendukung," jelasnya.

Johnson menyebut di Inggris contoh konkretnya pemerintah memberikan kebijakan insentif bagi warga yang memasang panel surya di atap rumah mereka. Kebijakan ini mendorong individu untuk berpartisipasi, dan menciptakan kesadaran kolektif akan manfaat energi terbarukan.

Larangan produksi mesin berbahan bakar internal yang akan berlaku pada tahun 2030 juga menjadi pendorong bagi penelitian dan inovasi di bidang elektrifikasi.

Ia pun mempresentasikan beberapa fokus penelitian di University of Nottingham, termasuk pengembangan rendah karbon dan desain kota yang berkelanjutan dan menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan mitra industri sangat penting untuk mendorong perubahan.

"Untuk menciptakan tata kota yang berkelanjutan, kita perlu pemikiran holistik terkait desain bangunan dan lanskap perkotaan. Rasionalisasi, elektrifikasi, dan smartifikasi adalah tiga mekanisme utama yang harus kita terapkan," tutup Johnson.

Pada sesi berbagi antara Pemda DIY dan University of Nottingham ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun kerjasama yang lebih erat. Selain itu juga mampu mendorong inovasi dan penelitian yang berfokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

 

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya