Moody's Dongkrak Peringkat Semen Indonesia

Semen Indonesia diperkirakan mampu mempertahankan margin dan posisi pasar dalam jangka panjang dengan didukung jaringan distribusi mapan.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jun 2014, 11:13 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2014, 11:13 WIB
Pendirian Pabrik Tuai Protes, Apa Kata Manajemen Semen Indonesia
Di tengah dimulainya pembangunan pabrik milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut, terselip masih adanya penolakan dari masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service menaikkan peringkat PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dari Baa1 menjadi Baa3 dengan prospek stabil.

Mengutip keterangan yang diterbitkan, Jumat (20/6/2014), Analis Senior Moody's Brian Grieser mengatakan, kenaikan peringkat itu mencerminkan komitmen perseroan terhadap kebijakan keuangan konservatif dan profil likuiditas kuat.

Selain itu, perseroan juga mampu mempertahankan posisi di industri semen untuk tetap tumbuh. Pangsa pasar perseroan mencapai 45 persen.

Moodys melihat margin Ebitda perseroan turun menjadi sekitar 30 persen selama dua hingga tiga tahun ke depan dari sekitar 33 persen-35 persen dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu karena meningkatnya biaya dan meningkatkan kapasitas di seluruh Indonesia dan negara Asean.

"Meskipun kami mengharapkan tekanan sederhana pada margin, rating mencerminkan dominasi dari tiga produsen semen di Indonesia yang telah menyumbang sekitar 85 persen-90 persen dari pasar untuk sebagian besar dekade terakhir," ujar Brian.

Peringkat itu mempertimbangkan perseroan konsisten mempertahankan profil likuiditas yang baik dengan saldo kas tinggi sekitar Rp 4,6 triliun pada 31 Maret 2014.

Dengan arus kas kuat dapat mendanai sebagian rencana ekspansi perseroan selama 2-3 tahun ke depan. Akan tetapi, ada arus kas bebas negatif selama 12-18 bulan yang didorong oleh rencana pengeluaran modal perusahaan dan pembayaran dividen.

Namun, menurut Brian, peringkat itu mungkin dibatasi hingga Baa3 mengingat profil bisnis perusahaan sekarang. Hal itu karena tekanan ke atas pada peringkat yang mungkin terbatas sampai perusahaan memperluas jangkauan geografis, produk dan menjaga kebijakan konservatif.

Sementara itu, prospek stabil perseroan didorong dari harapan mampu mempertahankan profil kredit yang kuat dan tetap berpegang pada kebijakan keuangan ketat.  (Ahm/)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya