Liputan6.com, Jakarta - Minat pelaku pasar terhadap saham-saham perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai berkurang. Analis Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Kiswoyo Adie Joe menyampaikan hal itu saat jumpa dengan wartawan di Jakarta, Rabu (8/7/2015).
Dia menerangkan, minat pelaku pasar yang pudar terhadap saham BUMN karena perusahaan tersebut rawan intervensi pemerintah. Sebut saja, seperti kebijakan pemerintah menurunkan harga semen.
Baca Juga
"Dari awal tahun Pak Jokowi memaksa menurunkan harga semen, yang dipaksa pertama PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)" ujar Kiswoyo.
Advertisement
Kebijakan lain ialah rencana pemberian diskon tol. Hal itu bakal menekan kinerja saham emiten terkait. "Kemarin jalan tol, Lebaran suruh diskon maksudnya mengendalikan inflasi. Saham BUMN rawan intervensi," tambahnya.
Selain itu, penyuntikan modal ke perusahaan BUMN melalui mekanisme rights issue. Hal itu memunculkan kekhawatiran terjadinya dilusi saham. "BUMN sedang gencar rights issue kalau pemerintah sebelumnya tidak mau nyuntik modal karena terdilusi. Jadi dilarang rights issue. Sekarang Adhi Karya rights issue. Ketika banyak rights issue banyak dijauhi," kata Kiswoyo.
Di sisi lain, terkait saham potensial, Kiswoyo menuturkan, saham-saham semen layak untuk dikoleksi. Hal itu mengingat proyek infrastruktur pemerintah diperkirakan akan banyak terealisasi.
"Peluang PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) itu harga warganya Rp 27.500 ini pun pesimistis. Ini hitungan bahwa permintaan semen tidak banyak untuk infrastruktur. Kalau tinggi bisa Rp 28.000 untuk INTP. Tapi saya pakai harga pesimistis saja sesuai budget infrastruktur pemerintah. Harga saham Semen Indonesia itu Rp 19.000. Memang Ada sedikit dilema SMGR atau INTP. Saat ini pelaku pasar senang INTP mereka berusaha menjauhi BUMN," tandas dia. (Amd/Ahm)