Bursa Asia Menguat Tipis, Investor Masih Menunggu Aksi Yuan

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen, mengikuti pemulihan yang terjadi pada Wall Street.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Agu 2015, 08:30 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2015, 08:30 WIB
Bursa Saham Asia
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Tokyo - Saham-saham di kawasan Asia Pasifik (Bursa Asia) menguat tipis pada pembukaan perdagangan Kamis (13/8/2015). Pelaku pasar lebih memilih melakukan transaksi secara hati-hati dan menunggu pergerakan dari mata uang China Yuan.

Mengutip Reuters, Kamis (13/8/2015), Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen, mengikuti pemulihan yang terjadi pada Wall Street.

Indeks Saham Nikkei Jepang juga menguat 0,3 persen. Indeks Jepang mencoba untuk bangkit setelah keluarnya angka ekonomi mengenai belanja modal yang tidak begitu baik.

Data Jepang menunjukkan bahwa pesanan mesin di Jepang mengalami penurunan 7,9 persen pada Juni 2015 kemarin. Penurunan tersebut lebih besar dari yang diperkirakan oleh para analis.

Mata uang China turun ke level terendah dalam empat tahun terakhir pada perdagangan Rabu (12/8/2015). Penurunan tersebut telah terjadi dalam dua hari berturut-turut karena Bank Sentral China telah menurunan suku bunga acuan.

"Kelemahan di China terus terjadi dan memberikan tekanan kepada bursa saham," jelas analis Barclays. Sebagian besar pelaku pasar belum ingin mengambil risiko yang terlalu besar dan lebih memilih untuk melihat apa yang akan terjadi di China.

Sedangkan di Amerika, dalam perdagangan Rabu kemarin ditutup menguat. Saham-saham di sektor energi dan juga saham-saham teknologi terutama saham Apple mampu rebound sehingga mendorong Wall Street ke zona hijau.

Indeks S&P 500 naik 1,98 poin atau 0,10 persen ke level 2.086,05. Sedangkan Indeks Nasdaq juga menguat 7,60 poin atau 0,15 persen ke level 5.044,39. Namun berbeda, Indeks Dow Jones Industrial Averange melemah tipis 0,33 poin ke level 17.402,51.

Para pelaku pasar kembali akumulasi saham terutama untuk saham-saham energi yang sebelumnya sempat terpukul keras karena kekhawatiran penurunan pertumbuhan ekonomi China yang akan menyeret harga-harga kommoditas dalam beberapa pekan terakhir.

Selain saham-saham energi, saham Apple juga berbalik arah. Sebelumnya, saham teknologi tersebut sempat jatuh lebih dari 3 persen ke level terendah sejak Januari 2015.

Saham Apple ditutup naik 1,5 persen ke level US$ 115,24. Kenaikan Saham Apple ini merupakan faktor positif terbesar yang mendorong ketiga indeks patokan utama mampu berakhir di zona hijau. (Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya