Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Hal itu didorong dari sentimen eksternal dengan indeks dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat sehingga menekan laju nilai tukar rupiah.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (16/10/2015), IHSG naik 14,68 poin atau 0,33 persen menjadi 4.521,88. Indeks saham LQ45 menguat 0,29 persen ke level 772,27.
Baca Juga
Sebagian besar indeks saham menghijau kecuali indeks saham Pefindo turun 0,10 persen ke level 363,57.Ada sebanyak 115 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG. Sedangkan 151 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. Sementara itu, 95 saham lainnya diam di tempat.
Advertisement
Transaksi perdagangan saham hari ini cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 219.734 kali dengan volume perdagangan saham 8,02 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 5,18 triliun.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham tambang turun 1,51 persen, sektor saham aneka industri melemah 1,18 persen, dan sektor saham konstruksi susut 0,44 persen.
Sedangkan sektor saham industri dasar naik 2,68 persen, dan memimpin penguatan sektor saham, lalu disusul sektor saham perkebunan mendaki 1,75 persen, dan sektor saham perdagangan menguat 1,03 persen.
Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham INTP naik 8,61 persen ke level Rp 19.550 per saham, saham MPPA mendaki 7,64 persen ke level Rp 2.465 per saham, dan saham SSMS mendaki 5,63 persen ke level Rp 1.875 per saham.
Saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham PSAB turun 9,28 persen ke level Rp 1.320 per saham, saham ASRI melemah 5,3 persen ke level Rp 375 per saham, dan saham ADHI susut 2,12 persen ke level Rp 2.075 per saham.
Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan bursa saham global dan regional cukup baik. Hal itu memberikan sentimen positif ke IHSG. Akan tetapi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah sehingga berdampak negatif ke IHSG.
"Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini lantaran inflasi inti AS yang mengeluarkan biaya energi dan makanan berada 0,2 persen pada September sehingga membuat inflasi 1,9 persen, dan ini sejalan dengan target inflasi 2 persen. Hal itu membuat indeks dolar AS menguat sehingga menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," jelas Hans saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, aliran dana investor asing yang tidak terlalu besar melakukan aksi jual juga berdampak positif. Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 100 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 100 miliar.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di posisi 13.528 per dolar AS pada pukul 16.00 WIB. Sementara itu, bursa saham Asia cenderung positif pada hari ini. Indeks saham Jepang Nikkei naik 1,08 persen ke level 18.291, indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,78 persen ke level 23.067, dan indeks saham Singapura mendaki 0,56 persen ke level 3.031,92.(Ahm/Igw)