Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah di awal pekan ini merespons negatif serangan teror Paris pada Jumat pekan lalu. Diperkirakan aksi jual akan melanda bursa saham Asia.
Indeks saham MSCI Asia Pacific turun 0,6 persen menjadi 131,47 pada pukul 09.00 waktu Tokyo. Hal itu juga dipicu dari indeks saham Jepang Topix merosot 1,5 persen seiring yen menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ditambah ekonomi Jepang mengalami kontraksi pada kuartal III seiring investasi bisnis lesu. Produk Domestik Bruto (PDB) turun menjadi 0,8 persen pada kuartal III.
Indeks saham Australia/ASX 200 melemah 0,8 persen, indeks saham Selandia Baru atau NZX 50 susut 0,7 persen, dan indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 1,4 persen.
Advertisement
"Tidak ada keraguan kalau serangan teror Paris membuat gugup investor dalam jangka pendek. Dalam satu dekade ini pasar telah pulih dari serangan teroris tetapi setelah teror Paris berdampak negatif untuk pasar saham karena mempengaruhi dampak ekonomi. Saya pikir sejarah akan terulang. Akan ada aksi jual dalam jangka pendek menanggapi serangan Paris," jelas Shane Oliver, Analis AMP Capital Investors Ltd seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (16/11/2015).
Baca Juga
Sementara itu, di pasar uang, dolar AS melemah 0,2 persen terhadap yen menjadi 122,35. Indeks dolar AS cenderung menguat terhadap enam mata uang utama lainnya dengan naik 0,1 persen menjadi 99,08.
Sedangkan di China, staf IMF merekomendasikan yuan untuk masuk dalam Special Drawing Rights (SDR) atau aset cadangan internasional. Standard Chartered Plc memperkirakan hal itu akan memikat aset negara tersebut mencapai US$ 1 triliun dalam lima tahun ke depan.
China juga mengakhiri persyaratan marjin yang akan dinaikkan menjadi 100 persen dari 50 persen mulai 23 November. Perubahan aturan ini berarti bahwa akun investor sekitar 1 juta yuan akan dibatasi untuk meminjam dari broker sekitar 1 juta yuan. Sebelumnya investor dapat meminjam sebanyak 2 juta yuan. (Ahm/Igw)