Wall Street Menghijau Ditopang Saham Sektor Konsumsi

Indeks Dow Jones Industrial Averange (DJIA) naik 2,47 poin atau 0,01 persen ke angka 17.789,67.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Jun 2016, 04:31 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2016, 04:31 WIB
Wall Street
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, New York - Wall Street ditutup menguat tipis pada perdagangan Rabu pekan (Kamis pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan Wall Street adalah saham-saham di sektor konsumsi dan kesehatan.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (2/6/2016), Indeks Dow Jones Industrial Averange (DJIA) naik 2,47 poin atau 0,01 persen ke angka 17.789,67. Di sesi awal perdagangan, indeks saham Dow Jones sempat melemah 122 poin karena memang volume transaksi di pasar saham Amerika Serikat (AS) rendah dalam beberapa hari terakhir.

Indeks S&P 500 naik 2,37 poin atau 0,11 persen ke angka 2.099,33. Sedangkan Indeks Nasdaq menguat 4,20 poin atau 0,08 persen ke angka 4.952,25. Saham-saham di sektor konsumsi membukukan kenaikan tertinggi dan kemudian disusul dengan saham-saham di sektor kesehatan.

Pelaku pasar sangat berhati-hati dalam bertransaksi beberapa hari terakhir ini karena ada beberapa sentimen. Sentimen pertama adalah pertemuan para pejabat organisasi negara-negara pengekspor minyak atau OPEC yang dipastikan hasilnya akan mempengaruhi harga minyak dunia dan berdampak kepada pasar saham.

Sentimen lain adalah pengumuman data tenaga kerja AS pada Jumat nanti. Data ini akan memberikan pengaruh yang dalam kepada rencana perubahan kebijakan moneter Bank Sentral AS atau the Fed. Jika data membaik, pelaku pasar memperkirakan the Fed akan segera menaikkan suku bunga acuan.

Sedangkan sentimen terakhir adalah referendum keanggotaan dari Uni Eropa. Rakyat Inggris akan menentukan akan tetap berada atau keluar dari Uni Eropa melalui referendum.

Dengan beberapa sentimen tersebut, pelaku pasar sangat berhati-hati dalam bertransaksi dan bahkan sebagian besar lebih memilih untuk menahan aksi beli atau aksi jual sehingga transaksi di Wall Street kecil. "Ada beberapa risiko yang harus ditanggung jika terlalu gegabah bertransaksi," jelas managing director R.J. O’Brien John Brady.

Kepala investasi Penn Mutual Asset Management Mark Heppenstall menambahkan, data tenaga kerja sangat penting bagi the Fed untuk menentukan kebijakan moneter setelah sebelumnya data kegiatan manufaktur yang keluar tidak begitu menggembirakan hasilnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya