Harapan Stimulus Jepang Dorong Bursa Asia Menguat

Pelaku pasar mengharapkan suku bunga rendah dan stimulus baru di Jepang mempengaruhi bursa saham Asia.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jul 2016, 08:40 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2016, 08:40 WIB
Ada harapan stimulus di Jepang dan suku bunga rendah telah mengangkat bursa Asia
Ada harapan stimulus baru di Jepang dan suku bunga rendah mendorong kenaikan bursa Asia

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia menguat yang didorong dari indeks saham Jepang pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Penguatan bursa saham tersebut usai pernyataan perdana menteri Jepang Shinzo Abe. Pihaknya akan mendorong stimulus fiskal baru.

Indeks saham Jepang Asia Pasifik naik 1,1 persen pada pukul 09.22 di Tokyo. Kenaikan indeks saham tersebut tertinggi sejak 8 Juni yang didorong dari saham konsumsi dan industri.

Penguatan bursa saham Asia tersebut didorong indeks saham Jepang Topix naik 2,4 persen, dan tertinggi sejak referendum Inggris. Selain itu, indeks saham Australia reli dengan menguat 0,6 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,2 persen. Indeks saham Selandia Baru/NZX 50 naik 0,1 persen.

Penguatan indeks saham Topix tersebut juga mendorong kenaikan indeks saham menjadi 6,5 persen dalam sepekan usai koalisi Abe menang pemilihan sehingga dapat mendukung ekonomi.

"Penguatan data ekonomi AS, suku bunga rendah, dan ada kepastian di Inggris serta rencana Jepang mempengaruhi bursa saham," ujar Cameron Bagrie, Chief Economist ANZ Bank New Zealand Ltd seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (12/7/2016).

Di pasar uang, yen  menguat 0,2 persen. Dolar Amerika Serikat (AS) sedikit berubah terhadap yen menjadi 102,52. Sedangkan mata uang Inggris pound sedikit berubah menjadi US$ 1.2980.

Pelaku pasar mengharapkan bank sentral Inggris untuk memangkas suku bunga pada pertemuan pekan ini. Hal ini agar mengimbangi tekanan ekonomi usai Inggris memutuskan keluar dari keanggotaan Uni Eropa/Britain Exit (Brexit).

Sementara itu, harga minyak masih melemah di perdagangan Asia. Harga minyak Brent turun 0,3 persen menjadi US$ 46,11 per barel. (Ahm/Ndw)

*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya