Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, mengekor Wall Street yang terimbas penurunan harga minyak mentah dunia.
Melansir laman Reuters, Selasa (2/8/2016), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen pada awal perdagangan. Sementara indeks S&P 500 mencapai rekor intraday kemarin, meski kemudian tidak mampu mempertahankan kenaikan tersebut.
Adapun indeks Nikkei Jepang tergelincir 0,8 persen pada awal perdagangan, seiring pelemahan dolar terhadap yen. Sementara pasar Hong Kong tutup karena adanya Topan Nida.
Bursa Asia juga masih menunggu keputusan Bank Sentral Australia (The Reserve Bank of Australia/ RBA) yang rencananya akan memutuskan perihal kebijakan tarifnya akan tetap di 1,75 persen atau dipangkas seperempat poin ke rekor terbarunya.
Advertisement
Baca Juga
Sebagian besar analis memprediksi dengan dalih untuk memerangi inflasi yang rendah dan memperkuat mata uang, akan ada dorongan argumen untuk memberi rangsangan. Meski begitu tidak semua yakin RBA akan mengumumkan penurunan suku bunga saat Bank Sentral ini mengumumkan kebijakannya.
"Mayoritas ekonom yang disurvei mengharapkan RBA memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin tapi kami merasa bahwa penurunan suku bunga tidak banyak dilakukan," tulis Kathy Lien, Direktur Strategi FX untuk BK Asset Management.
Dia mencatat bahwa sejak pertemuan RBA terakhir pada bulan Juli, aktivitas manufaktur dan harga konsumen meningkat, pertumbuhan pekerjaan penuh waktu juga telah pulih, dan kepercayaan bisnis naik.
"Kepercayaan konsumen memang turun dan tingkat pengangguran berdetak tapi kami tidak yakin apakah ini cukup untuk RBA untuk menarik pelatuk pada pelonggaran pada bulan Agustus," kata Lien. Adapun saham Australia yang 0,1 persen lebih rendah.
Di sisi lain, Kabinet Perdana Menteri Shinzo Abe kemungkinan akan menyetujui paket stimulus senilai US$ 273 miliar pada Selasa ini, meskipun total belanja fiskal langsung hanya sekitar 7 triliun yen.
Harga minyak mentah AS jatuh di bawah US$ 40 per barel untuk pertama kalinya sejak April, di tengah kekhawatiran yang meningkat dari melimpahnya pasokan. (Nrm/Ndw)