Suku Bunga The Fed Tetap, Wall Street Melemah

Pelaku pasar pun sekarang fokus terhadap pemilihan umum presiden Amerika Serikat pada pekan depan.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Nov 2016, 04:41 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2016, 04:41 WIB
Wall Street Tumbang Dipicu Saham AIG dan Twitter
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Selasa (Rabu pagi).

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) tertekan seiring ketidakpastian pemilihan umum AS dan bank sentral AS atau the Federal Reserve memberi sinyal kenaikan suku bunga pada Desember.

Sentimen itu mendorong indeks saham S&P 500 alami pelemahan dalam tujuh sesi, dan terpanjang dalam lima tahun. Bank sentral AS mempertahankan suku bunga,  tetapi menyatakan kalau ekonomi tetap tumbuh dan data tenaga kerja yang solid. Bank sentral AS juga menunjukkan keyakinan target inflasi dua persen tercapai.

Keputusan bank sentral AS ini sesuai harapan pelaku pasar. Kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) dilakukan pada Desember. Keputusan mempertahankan suku bunga ini dilakukan sebelum pemilihan presiden AS pada pekan depan.

"Dengan pertemuan the Fed menunjukkan ada kenaikan suku bunga pada Desember. Pasar sekarang fokus terhadap pemilihan umum dan indikator secara teknikal," ujar Alan Lancz, President of Investment Advisory firm Alan B.Lancz and Associates seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis  (3/11/2016).

Pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 77,46 poin atau 0,43 persen ke level 17.959,64.

Indeks saham S&P 500 merosot 13,78 poin atau 0,65 persen ke level 2.097,94, dan indeks saham Nasdaq susut 48,01 poin atau  0,93  persen ke level 5.105,57. Adapun indeks saham S&P 500 ditutup di bawah 2.100 pertama kalinya sejak 7 Juli.

"Indeks saham menunjukkan pelemahan dan secara teknikal terjadi aksi jual. Kita dalam area dengan membutuhkan sejumlah faktor pendukung," ujar Lancz.

Sektor saham utilitas alami penurunan terbesar, diikuti real estate dan telekomunikasi. Sektor saham energi pun susut satu persen imbas penurunan harga minyak dunia.

Volume perdagangan saham tercatat delapan miliar saham. Angka itu di atas rata-rata harapan sekitar 6,5 miliar saham dalam 20 sesi. (Ahm/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya