Bursa Asia Menguat Seiring Kenaikan Harga Minyak

Penguatan Nikkei ini didorong oleh saham-saham sektor otomotif terutama oleh saham Mitsubishi Motors.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Jul 2017, 08:45 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2017, 08:45 WIB
Penguatan Nikkei ini didorong oleh saham-saham sektor otomotif terutama oleh saham Mitsubishi Motors.
Penguatan Nikkei ini didorong oleh saham-saham sektor otomotif terutama oleh saham Mitsubishi Motors.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan Rabu pekan ini. Kenaikan ini menyusul penguatan yang ditorehkan oleh Wall Street dan juga kenaikan harga minyak.

Mengutip CNBC, Rabu (26/7/2017), Nikkei Jepang naik 0,73 persen di awal perdagangan. Penguatan Nikkei ini didorong oleh saham-saham sektor otomotif terutama oleh saham Mitsubishi Motors karena penjualannya melebihi ekspektasi pasar.

Sedangkan Indeks Kospi Korea Selatan naik tipis 0,1 persen. Untuk Indeks S&P/ASX 200 naik 0,89 persen didorong oleh saham-saham di sektor energi setelah adanya kenaikan harga minyak.

Pada perdagangan Selasa kemarin harga minyak naik 3,3 persen karena perusahaan minyak AS Anadarko mengumumkan akan mengurangi belanja modal dan Arab Saudi berjanji untuk menahan ekspor minyak mentah.

Kinerja Anadarko tertekan karena penurunan harga minyak sehingga perusahaan tersebut berencana untuk memotong anggaran modal pada 2017 sebesar US$ 300 juta. Anadarko menjadi produsen pertama di AS yang melakukan hal tersebut.

Kenaikan harga minyak juga didorong oleh hasil pertemuan organisasi negara pengekspor minyak atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan beberapa negara non-OPEC di St Petersburg, Rusia.

Dalam pertemuan tersebut Menteri Eneri Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan bahwa negaranya akan membatasi ekspor minyak mentah menjadi 6,6 juta barel per hari pada bulan Agustus.

Namun terhadap kenaikan harga minyak tersebut, perusahaan riset Wood Mackenzie mencatat bahwa kemungkinan besar harga minyak akan kembali merosot melihat volume produksi yang cukup besar. OPEC kemungkinan akan memperpanjang pengurangan produksi pada akhir 2018 untuk menghindari hal tersebut.

"Harga minyak akan berada di kisaran US$ 51 per barel di akhir 2017 dan US$ 50 per barel pada 2018," kata kepala analis Wood Mackenzie Simon Flowers.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya