Bursa Asia Turun Jelang Rilis Data Ekonomi China

Pelaku pasar menanti data ekonomi China dan inflasi Amerika Serikat yang pengaruhi bursa Asia.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Sep 2017, 08:45 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2017, 08:45 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini usai sentuh level tertinggi. Sementara itu, dolar Amerika Serikat (AS) stabil jelang rilis data inflasi Agustus oleh pemerintah AS.

Pasar keuangan juga akan mencermati data ekonomi China antara lain hasil produksi pabrik, investasi aset tetap, dan penjualan ritel. Data ekonomi itu akan menunjukkan kondisi ekonomi China.

Pada perdagangan saham Kamis, (14/9/2017) mengutip laman Reuters, indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,1 persen usai sentuh level tertinggi.

Selain itu, indeks saham Jepang Nikkei cenderung datar. Bursa saham AS pada Rabu waktu setempat cenderung cetak rekor tertinggi didorong saham konsumsi dan energi.

Di pasar uang, indeks dolar AS mampu bertahan terhadap enam mata uang utama. Indeks dolar AS naik saat imbal hasil surat berharga AS naik ke level tertinggi lebih dari dua pekan.

Indeks dolar AS berada di posisi 92,39 usai sentuh level tertingg sejak 5 September di kisaran 92,53.

Kini pelaku pasar fokus terhadap fundamental ekonomi dari risiko geopolitik dan benana alam. Selain itu, investor juga bersiap untuk rilis inflasi AS. Data inflasi diharapkan dapat beri sinyal sikap bank sentral AS atau the Federal terhadap suku bunga.

The Federal Reserve diperkirakan menaikkan suku bunga satu lagi pada 2017. Namun, harapan kenaikan suku bunga the Federal Reserve itu berkurang usai inflasi AS yang lamban.

"Dolar AS akan alami aksi jual jika inflasi AS ternyata lembah. Namun fokus utama adalah bagaimana reaksi pasar saham terhadap hasil rilis data ekonomi," jelas Junichi Ishikawa, Analis IG Securities.

Ia menambahkan, sektor keuangan AS mendapatkan keuntungan dari kenaikan surat berharga baru-baru ini. "Jika data inflasi tidak tinggi itu bisa dijadikan alasan untuk menjual saham di brusa AS usai capai rekor tertinggi," tambah dia.

Adapun dolar AS tidak berubah terhadap yen yang berada di kisaran 110,51. Euro stabil di kisaran US$ 1,18. Di pasar komoditas, harga minyak Brent susut 0,3 persen ke posisi US$ 55 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS tergelincir 0,2 persen menjadi US$ 49,22 per barel.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya