Menunggu Sinyal dari Bank Sentral AS, Bursa Asia Menguat

Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,46 persen di awal perdagangan yang didorong oleh saham-saham sektor teknologi.

oleh Arthur Gideon diperbarui 18 Sep 2017, 08:45 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2017, 08:45 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan Senin pekan ini. Investor sedang menunggu petunjuk kebijakan yang akan dijalankan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada pekan ini.

Mengutip CNBC, Senin (18/9/2017), Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,46 persen di awal perdagangan. Saham di sektor teknologi menjadi pendorong penguatan. Saham Samsung naik 1,07 persen dan saham SK Hynix naik 2,72 persen.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 juga naik 0,55 persen. Sektor keuangan menjadi mendorong penguatan dengan naik 0,97 persen. Sektor energi dan utilitas juga berada di zona hijau.

Sedangkan bursa saham Jepang tutup karena hari libur nasional.

Komite Bank Sentral AS akan bertemu pada kepan ini pada Kamis waktu setempat. Dalam pertemuan tersebut akan membahas mengenai kebijakan moneter yang memang ditunggu oleh pelaku pasar.

Sebenarnya pasar tidak menunggu rencana kenaikan suku bunga karena kebijakan tersebut sudah diantisipasi sejak lama. Pasar menunggu mengenai rincian lebih lanjut usai kenaikan suku bunga tersebut.

"Data-data ekonomi masih dikonfirmasi. Investor belum masih melihat kebijakan yang akan diambil oleh the Fed," jelas kepala analis Asia Pasifik OANDA Stephen Innes.

Pada pekan lalu, Wall Street mencetak rekor dengan indeks S&P 500 melampaui 2.500 poin terpicu kenaikan saham telekomunikasi dan teknologi yang menguat kembali usai dua hari melemah.

Indeks S & P 500 kembali mencapai posisi 2.500, usai sekitar empat bulan ditutup di atas 2.400. Ini membuat indeks ini menguat hampir 12 persen di 2017.

"Orang-orang khawatir kehilangan karena pasar terus melaju. Mereka pikir mungkin akhirnya perlu melompat masuk. Perilaku investor ritel lebih penting dari sebelumnya," ujar Phil Blancato, Kepala Ladenburg Thalmann Asset Management di New York.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya