Ketua Apindo Dorong Pengusaha RI Melantai ke Bursa

Dua perusahaan anggota Apindo akan melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun ini.

oleh Bawono Yadika diperbarui 07 Feb 2018, 12:45 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2018, 12:45 WIB
APINDO
APINDO

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani membuka perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (7/2/2018). Usai membuka perdagangan Hariyadi menyaksikan penandatanganan note kesepahaman antara Apindo Sumatrea Utara (Sumut) dengan BEI terkait sosialisasi manfaat dari melantai di bursa atau go public. 

Hariyadi menjelaskan, dengan adanya nota kesepahaman tersebut, BEI akan memberikan edukasi yang jelas mengenai manfaat menjadi perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan edukasi tersebut diharapkan akan semakin banyak perusahaan-perusahaan yang go public.

Hariyadi pun menjelaskan, sejauh ini, dari kurang lebih 220 ribu perusahaan yang mendaftarkan diri di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, hanya ada 568 perusahaan yang telah melantai di bursa atau menjadi emiten atau hanya 0,25 persen saja yang sudah melantai di bursa. 

Oleh sebab itu, masih Hariyadi pun meminta kepada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Apindo untuk bisa melantai di bursa. "Jadi tugas kita mempopulerkan bursa efek ini," ujar Hariyadi Rabu (7/2/2018).

Ada beberapa manfaat yang bisa didapat oleh perusahaan dengan terdaftar di BEI. Salah satunya adalah dapat memperoleh dana segar untuk memperkuat permodalan. Dengan menjual saham juga bisa menyehatkan rasio utang perusahaan. 

Selain itu, dengan melantai di bursa tata kelola perusahaan bisa lebih baik. "Ambil contoh perusahaan keluarga, ini lebih baik bagi mereka untuk go public agar lebih transparan,'' ujar dia.

Menurut Hariyadi, saat ini potensi perusahaan yang terbilang bagus untuk melantai di bursa adalah Jawa Timur, Jawa Barat, , dan menyusul Bali.

"Soliditas perdagangan semakin baik jika investor banyak masuk. Mudah-mudahan banyak yang ikut go public." jelas dia. 

Saat yang Tepat Go Public

Penandatanganan note kesepahaman antara Apindo Sumatrea Utara (Sumut) dengan BEI
Penandatanganan note kesepahaman antara Apindo Sumatrea Utara (Sumut) dengan BEI

Hariyadi melanjutkan, saat ini adalah waktu yang tepat bagi perusahaan untuk go public. 

"Tren saat ini bagus dan bursa kita sedang bullish. Dengan keadaan bullish ini, Indonesia memiliki daya tarik kuat bagi investor, dan ini butuh dukungan keterlibatan banyak perusahaan untuk ambil posisi." jelas dia. 

Ketua Umum Apindo Sumut Parlindungan Purba pun mendukung pernyataan yang disampaikan hariyadi. "Potensi banyak di daerah dan kami akan sosialisasikan ini bersma BEI Sumut dan juga perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan dan mendekatkan diri ke dunia perbankan dan juga finansial," pungkasnya. 

Tak hanya itu, Parlindungan juga menambahkan bahwa saat ini situasinya jauh lebih baik dibandingkan yang sudah-sudah.

"Dulu BEI sosialisasi sendiri-sendiri, kalau sekarang sudah ikut Apindo. Jika semuanya jelas, pengusaha makin yakin untuk bergabung. Ini juga salah satu upaya kita untuk memperbanyak resources financial kedepanya," jelasnya. 

2 Bakal Lepas Saham

Penandatanganan note kesepahaman antara Apindo Sumatrea Utara (Sumut) dengan BEI
Penandatanganan note kesepahaman antara Apindo Sumatrea Utara (Sumut) dengan BEI

Di tahun 2018 ini, Haryadi mengungkapkan ada dua perusahaan yang sudah siap untuk go public, yaitu perusahaan batu bara dan juga kelapa sawit. 

Direktur Independen PT Mahkota Group Nagian Toni menjelaskan bahwa pada Juni ini perusahaanya akan go public.

"Kami akan melepas saham sebesar 20 sampai 30 persen, dengan aset seharga Rp 1 triliun," ungkapnya.

Ia menejlaskan, saat ini perusahaan memiliki kapasitas tampung rata-rata 45 ton per jam dengan 6 pabrik kelapa sawit yang ada.

"Untuk IPO akan ada holding atau anak-anak perusahaa dan dananya untuk ekspansi ke pembangunan refinery yaitu pada minyak gorengnya langsung di Sumatera Utara," pungkas Toni.

Untuk target dana, Toni menuturkan bahwa ini masih dalam tahap perhitungan dan minggu ini akan final. "Ya sekitar Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar,'' ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya