Alasan Bos Mayapada Beli Saham Sentul City

Pada 31 Januari 2018, ada crossing saham PT Sentul City Tbk sekitar Rp 1,17 triliun. Ternyata saham Sentul City dibeli Jonathan Tahir.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Feb 2018, 13:27 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2018, 13:27 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Sentul City Tbk (BKSL) mencatatkan kenaikan signifikan sepanjang Februari 2018. Adanya pembelian saham PT Sentul City Tbk mencapai Rp 1,17 triliun oleh bos grup Mayapada Jonathan Tahir menjadi katalis positif untuk saham Sentul City Tbk.

Berdasarkan data RTI, seperti ditulis Senin (26/2/2018), harga saham Sentul City naik 38,78 persen sepanjang Februari 2018 ke posisi Rp 204 per saham hingga Jumat pekan lalu. Total volume perdagangan saham 11,64 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,2 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 114.273 kali.

Sepanjang Februari 2018, harga saham PT Sentul City Tbk sempat berada di level tertinggi Rp 220 per saham dan terendah Rp 148 per saham. Kenaikan harga saham Sentul City sempat naik tajam pada 1 Februari 2018. Harga saham Sentul City naik 20,4 persen dari posisi Rp 147 per saham pada 31 Januari 2018 menjadi Rp 177 per saham pada 1 Februari 2018. Pada 31 Januari 2018, berdasarkan data RTI, terjadi crossing saham Sentul City sekitar Rp 1,2 triliun.

Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jonathan Tahir membeli 3.354.177.360 saham dengan harga crossing per saham Rp 350. Jadi total dana pembelian Rp 1,17 triliun. Pembelian harga saham Rp 350 itu di atas harga pasar. Harga saham Sentul City bergerak di kisaran Rp 70-220 dalam 52 minggu terakhir.

Adapun pembelian saham Sentul City itu dilakukan untuk portofolio investasi. Usai pembelian saham PT Sentul City, Jonathan Tahir memiliki sekitar 6,07 persen saham dari modal yang dikeluarkan dan disetor oleh Sentul City.

Jonathan Tahir sendiri merupakan Komisaris Utama PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ). PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk merupakan emiten rumah sakit milik grup Mayapada. Ia juga putra dari pengusaha Dato Sri Tahir.

Saat dikonfirmasi mengenai pembelian saham Sentul City, Dato Sri Tahir menuturkan, pembelian saham itu sebagai investasi. "Is worth to invest," ujar Tahir lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com.

Tahir menambahkan, pihaknya belum berencana untuk menambah saham Sentul City ke depannya. "Sementara ini tidak," ujar dia.

Per 31 Januari, kepemilikan saham PT Sentul City Tbk antara lain PT Sakti Generasi Perdana sebesar 42,55 persen, Stella Isabella Djohan sebesar 20,34 persen, Jonathan Tahir 6,07 persen, dan publik sebesar 31,02 persen.

Pada sesi pertama perdagangan saham Senin pekan ini, saham PT Sentul City Tbk naik 2,94 persen menjadi Rp 210 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 3.031 kali dengan nilai transaksi Rp 46,5 miliar.

Sebelumnya grup Mayapada memiliki proyek di kawasan Sentul City. PT Karya Bintang Gemilang, anak usaha grup Mayapada sedang mengembangkan proyek hunian dengan rencana pengembangan hingga 110 hektare di tengah kawasan kota mandiri (township) Sentul City di Bogor. Di tahap pertama, sesuai izin resmi pengembangan dilakukan di atas lahan seluas 30 hektare.

Direktur Marketing PT Karya Bintang Gemilang Syukurman Larosa mengungkapkan, Sentul Alaya berlokasi di tengah-tengah kawasan Sentul City dengan pemandangan pegunungan dan bersebelahan dengan lapangan golf.

"Ini sesuai dengan tagline Sentul Alaya yakni Living in Harmony. Hunian yang menyatu dan harmoni dengan alam," ungkap Syukurman kepada Liputan6.com, Kamis 31 Maret 2016.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Selanjutnya

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, ada aksi beli cukup besar mencapai Rp 1,17 triliun menunjukkan prospek besar di Sentul City. Apalagi pembelian saham tersebut dilakukan oleh petinggi grup Mayapada. Hal tersebut menjadi katalis positif untuk pergerakan saham PT Sentul City.

"Karena faktor itu (aksi beli) cukup besar sehingga naik harga saham. Ada pembelian seperti itu membuat orang atau pelaku pasar melihat prospek besar ke depan," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com.

Adapun mengenai harga pembelian saham di atas harga pasar, Alfred menilai hal itu sudah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Selain itu, Alfred menuturkan, ada penilaian berdasarkan fundamental perseroan misalkan dari aset berupa cadangan lahan Sentul City."Lebih mudah valuasi sektor properti dibandingkan manufaktur," ujar dia.

Selain itu, aksi beli tersebut juga mengangkat kepercayaan pelaku pasar dengan harapan pengelolaan perseroan menjadi lebih baik. Ia menambahkan, masuknya Mayapada ke Sentul City juga bukan hanya sebagai investor tetapi juga strategic investor. Kedua perseroan dinilai dapat saling bersinergi mengembangkan smart city.

"Mayapada juga bergerak di bisnis kesehatan. Ini bisa jadi modal Mayapada untuk mengembangkan bisnis dengan pengembang. Dengan melihat harga tanah masih murah, luasnya cadangan lahan Sentul City, melihat peluang itu," kata Alfred.

 Sementara itu, Direktur Avere Mitra Investama Teguh Hidayat menilai untuk memperhatikan sejumlah faktor mungkin mendorong Tahir berinvestasi di saham Sentul City. Pertama, apakah investasi yang dilakukan oleh Tahir atas nama pribadi atau grup Mayapada. Kedua, sebelum beli saham Sentul City, Teguh menuturkan, Tahir juga sudah investasi di saham Bank Permata.

"Yang kita tahu sudah investasi di Bank Permata. Kalau perusahaan lain yang belum tahu. Ini masuk ke Sentul City karena pembelian sahamnya di atas enam persen," ujar Teguh saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, langkah pembelian saham Sentul City dilakukan oleh Tahir juga bisa untuk diversifikasi portofolio saham. Akan tetapi, langkah tersebut juga bukan berarti harus diikuti oleh investor ritel. "Ini perlu bedakan investor besar dan ritel. Investor besar nafasnya panjang. Duitnya banyak sehingga bisa bertahan lima hingga 10 tahun. Beda dengan investor ritel. Kalau harga saham turun, investor ritel tidak bisa apa-apa," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya