Liputan6.com, Jakarta - Produsen ponsel pintar asal China Xiaomi berencana untuk melepas saham perdana atau initial public offering (IPO) dalam waktu dekat. Dalam aksi korporasi ini, Xiaomi berpotensi menjadi pembuat ponsel paling mahal di dunia.
Mengutip Bloomberg, Minggu (24/6/2018), rencana Xiaomi untuk melantai di bursa Hong Kong sedikit tertunda karena adanya perbedaan valuasi antara perusahaan dengan otoritas bursa. Meski begitu, Xiaomi masih tetap akan melaksanakan IPO tersebut dalam waktu dekat ini.
Berdasarkan informasi yang didapat oleh Bloomberg dari orang yang terlibat dalam IPO tersebut, Xiaomi mematok Price To Earning Ratio (PE) mencapai 51,3 kali. Jika hal ini benar maka akan menjadi IPO vendor peralatan komunikasi global tertinggi di dunia.
Advertisement
Baca Juga
Xiaomi memang mencoba untuk mencapai valuasi saham lebih tinggi dari Apple Inc. Bahkan, valuasi tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan premium China lain seperti Tencent Holdings Ltd dan Alibaba Group Holding Ltd.
Bank yang mengatur IPO Xiaomi menyatakan bahwa perusahaan mengalami pertumbuhan yang cepat yang dimulai dari ponsel pintar yang kemudian saat ini sudah merambah kepada barang-barang pendukung smart home dan layanan internet. Perusahaan mampu mengumpulkan keuntungan yang besar.
Analis dari Morgan Stanley, yang merupakan salah satu penjamin emisi IPO, berpendapat bahwa saham perusahaan sudah tentu akan menguntungkan bagi investor karena memiliki fundamental yang bagus.
Target Dana
Sebelumnya, produsen smartphone asal China ini menargetkan dana USD 10 miliar atau sekitar Rp 139,31 triliun (asumsi kurs Rp 13.931 per dolar Amerika Serikat) dalam proses IPO ini.
Target dana IPO itu termasuk terbesar di dunia selama hampir empat tahun ini. Xiaomi pun memilih bursa saham Hong Konguntuk gelar IPO tersebut.
Rencana IPO yang diajukan pada Kamis tersebut akan menjadi salah satu IPO pertama di Hong Kong yang memakai aturan baru.
Aturan itu untuk menarik perusahaan teknologi mencatatkan saham. Xiaomi memilih bursa saham Hong Kong itu menjaid kemenangan besar di tengah persaingan bursa saham Hong Kong, New York dan China.
Target dana yang diincar USD 10 miliar akan mendorong perusahan berbasis di Beijing memiliki kapitalisasi pasar atau nilai pasar antara USD 80 miliar-USD 100 miliar.
Selain itu, dengan target dana IPO jika tercapai akan membuat IPO Xiaomi terbesar setelah Alibaba .
Sebelumnya Alibaba mencatatkan dana USD 25 miliar atau sekitar Rp 348,26 triliun dari IPO. Alibaba mencatatkan saham di bursa saham New York pada 2014.
Advertisement