Bantu Rupiah, Bumi Resources Bakal Tukar Dolar AS 80 Persen dari Pendapatan

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan konversikan pendapatannya ke rupiah.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Okt 2018, 15:31 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2018, 15:31 WIB
Pertambangan
Ilustrasi Foto Pertambangan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan konversikan pendapatannya ke rupiah. Hal ini sebagai komitmen perseroan untuk jaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

PT Bumi Resources Tbk, produsen dan eksportir batu bara di Indonesia dapat hasilkan pendapatan lebih dari USD 5 miliar atau sekitar Rp 76,31 triliun (asumsi kurs Rp 15.262 per dolar AS pada 2018.

Hampir 80 persen pendapatan perseroan (ekspor dan penjualan domestic market obligation/DMO) dikonversi dari mata uang ke rupiah. Sisanya digunakan untuk belanja modal dan keperluan lain. Perusahaan berusaha semaksimal mungkin dukung prioritas nasional dalam melindungi nilai tukar rupiah. Perseroan juga telah memenuhi kewajiban DMO sebesar 25 persen.

 

"BUMI adalah perusahaan yang bertanggung jawab mendukung kebijakan pemerintah dan sepenuhnya mendukung prioritas nasional dalam melindungi rupiah dan negara,"  kata Presiden Direktur PT Bumi Resources Tbk, Saptari Hoedjaja dalam keterangan tertulis, Senin (8/10/2018).

PT Bumi Resources Tbk merupakan penyumbang utama bagi kas negara-penghasil devisa negara tertinggi yang diberikan oleh Bank Indonesia. Selain itu bayar pajak dan royalty tertinggi dalam sektor sumber daya. Keduanya diberikan oleh Kementerian Keuangan.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Rupiah Sentuh 15.232 per Dolar AS pada Awal Pekan

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadsap terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal pekan ini. Kenaikan imbal hasil obligasi AS jadi penyebab pelemahan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Senin 8 Oktober 2018, rupiah dibuka di angka 15.193 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.183 per dolar AS. Pada siang hari, rupiah semakin tertekan ke 15.232 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.188 per dolar AS hingga 15.232 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 12,38 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jidor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.193 per dolar AS, melemah jika dibandingkan denga patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.182 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan bahwa naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) membuat daya tarik masuknya dana-dana ke pasar AS, sehingga memperkuat mata uang dolar AS.

"Imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun naik menjadi 3,22 persen, tertinggi sejak Mei 2011," paparnya dikutip dari Antara.

Ia mengemukakan naiknya imbal hasil obligasi AS itu seiring respons pelaku pasar terhadap turunnya angka pengangguran di Amerika Serikat untuk bulan September menjadi 3,7 persen.

Kendati demikian, ia mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia akan menjaga fluktuasi rupiahsehingga menahan tekanan lebih dalam. Diproyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran antara 15.180-15.190 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan tren naik harga minyak mentah dunia dan kembali turunnya cadangan devisa turut mempengaruhi pergerakan rupiah.

"Indonesia memerlukan dolar AS untuk impor minyak, kondisi itu akan menggerus cadangan devisa semakin banyak," katanya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya