Wall Street Tertekan Prospek Penurunan Kinerja Emiten dan Aksi Jual Investor

Beberapa perusahan memang sudah memberikan sinyal bahwa kemungkinan besar terjadi penurunan pendapatan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Okt 2018, 05:15 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2018, 05:15 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street jatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong penurunan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini adalah kekhawatiran investor mengenai prospek pendapatan ditambah dengan tekanan aksi jual.

Mengutip Reuters, Rabu (24/10/2018), Dow Jones Industrial Average turun 125,98 poin atau 0,5 persen menjadi 25.191,43. Untuuk S&P 500 kehilangan 15,19 poin atau 0,55 persen menjadi 2.740,69. Sedangkan Nasdaq Composite turun 31,09 poin atau 0,42 persen menjadi 7.437,54.

Pelemahan Wall Street ini karena investor khawatir akan penurunan kinerja terutama pendapatan dari beberapa emiten. Beberapa perusahan memang sudah memberikan sinyal bahwa kemungkinan besar hal tersebut akan terjadi. Contohnya adalah Caterpillar dan 3M Co.

Saham Caterpillar jatuh 7,6 persen setelah produsen alat berat tersebut mempertahankan prediksi pendapatan 2018 meskipun ada realisasi kenaikan pendapatan dalam dua kuartal sebelumnya.

Saham 3M Co tergelincir 4,4 persen setelah memangkas prospek laba setahun penuh karena tantangan terkait mata uang asing.

Pernyataan dari emiten tersebut menghidupkan kembali kekhawatiran atas dampak kenaikan biaya produksi dari perusahaan karena adanya kenaikan pajak, perang dagang dan lainnya.

Imbas dari kekhawatiran tersebut saham sektor industri di S&P 500 harus turun 1,6 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Aksi Jual

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Selain kekhawatiran akan kinerja perusahaan, bursa saham AS juga tertekan karena kekhawatiran akan ketidakpastian di Italia sehingga membuat investor melakukan aksi jual.

Sektor energi S&P 500 jatuh 2,7 persen, menjadi sektor yang paling besar mengalami kejatuhan dibandingsektor mana pun. Pendorongnya karena harga minyak jatuh setelah Arab Saudi mengatakan bisa memasok lebih banyak minyak mentah dengan cepat jika diperlukan.

Namun, investor memangkas sebagian besar kerugian dalam perdagangan sore karena beberapa orang berpikir kerugian itu berlebihan.

Pembelian teknis pada level support di sekitar 2.700 pada S&P 500 juga membantu saham untuk bangkit kembali.

“Ada banyak ketakutan di pagi hari. Tetapi Anda melihat beberapa orang datang untuk mengambil beberapa saham,” kata Rick Meckler, analis Cherry Lane Investments, sebuah kantor investasi di New Vernon, New Jersey.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya