Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada sesi pertama perdagangan saham Kamis pekan ini. Pergerakan IHSG itu di tengah rilis data ekonomi inflasi Oktober 2018.
Pada penutupan sesi pertama, Kamis (1/11/2018), IHSG naik tipis 1,11 poin atau 0,02 persen ke posisi 5.832,76. Indeks saham LQ45 menguat 0,08 persen ke posisi 923,48. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.
Sebanyak 194 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 170 saham melemah dan 100 saham diam di tempat. Pada sesi I, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.883,22 dan terendah 5.827,29.
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 232.870 kali dengan volume perdagangan 5,4 miliar saham. Nilai transaksi saham Rp 4 triliun. Investor asing beli saham Rp 499,37 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 15.177.
Baca Juga
Sebagian besar sektor saham melemah. Sektor saham industri dasar turun 1,51 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham pertanian tergelincir 0,93 persen dan sektor saham barang konsumsi melemah 0,70 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham PTSN menguat 24,86 persen ke posisi Rp 452 per saham, saham KPAS mendaki 24,58 persen ke posisi Rp 446 per saham, dan saham YPAS mendaki 19,21 persen ke posisi Rp 900 per saham.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham TFCO turun 24 persen ke posisi Rp 380 per saham, saham PJAA tergelincir 11,67 persen ke posisi Rp 1.060 per saham, dan saham DIGI susut 10,58 persen ke posisi Rp 845 per saham.
Di Bursa Asia, sebagian besar indeks saham acuan menguat kecuali indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,95 persen dan indeks saham Thailand turun 0,07 persen. Sementara itu, indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,98 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,32 persen, indeks saham Shanghai mendaki 1,15 persen, indeks saham Singapura menguat 1,19 persen dan indeks saham Taiwan 0,30 persen.
IHSG bergerak terbatas di tengah rilis data ekonomi inflasi pada Oktober 2018. Inflasi Oktober 2018 sebesar 0,28 persen. Hal ini didorong kenaikan harga sejumlah komoditas.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan untuk inflasi tahun kalender yaitu Januari-Oktober 2018 mencapai 2,22 persen, sedangkan inflasi tahun kalender sebesar 3,16 persen.
"Pertimbangan harga berbagai komoditas pada Oktober 2018 secara umum menunjukan kenaikan. Inflasi di pedesaan pada Oktober 0,35 persen. Tapi perlu diperhatikan ini idak perlu disandingkan begitu saja karena metodenya berbeda," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis pekan ini.
Inflasi Oktober 2018 Capai 0,28 Persen
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Oktober 2018 sebesar 0,28 persen. Inflasi ini didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan untuk inflasi tahun kalender yaitu Januari-Oktober 2018 mencapai 2,22 persen, sedangkan inflasi tahun kalender sebesar 3,16 persen.
"Pertimbangan harga berbagai komoditas pada Oktober 2018 secara umum menunjukan kenaikan. Inflasi di pedesaan pada Oktober 0,35 persen. Tapi perlu diperhatikan ini idak perlu disandingkan begitu saja karena metodenya berbeda," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis 1 November 2018.
Dia mengungkapkan, dari 82 kota IHK yang dilakukan pemantauan, sebanyak 66 kota mengalami inflasi. Sedangkan 16 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi dialami Palu sebesar 2,7 persen, sedangkan terendah yaitu Cilegon sebesar 0,01 persen. Sementara untuk deflasi tertinggi dialami Bengkulu sebesar -0,74 persen dan deflasi terendah di Tangerang -0,01 persen.
"Ini berarti inflasi masih terkendali. Masih ada 2 bulan lagi, kita perlu perhatikan di Desember, tapi kita harapkan inflasinya terkendali," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement