Liputan6.com, Jakarta Bursa Amerika Serikat (AS) atau Wall Street menguat, dengan indeks S&P 500 mencatat kenaikan bulanan terbesar sejak 2015. Pemicunya, raihan pendapatan dari Facebook Inc yang menambah optimisme investor, setelah pernyataan dovish Federal Reserve.
Melansir laman Reuters, indeks S&P 500 naik 0,86 persen menjadi 2.704,1 poin. Sedangkan Nasdaq Composite bertambah 1,37 persen menjadi 7.281,74. Dan indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,06 persen menjadi 24.999,67.
Advertisement
Baca Juga
Indeks S&P 500 menguat dipicu saham Facebook yang melonjak 10,82 persen, kenaikan harian terkuat sejak Januari 2016. Ini setelah laba kuartalannya melampaui ekspektasi.Â
Kemudian saham General Electric Co yang melonjak 11,65 persen setelah penjualan dan arus kas perusahaan mengalahkan perkiraan secara triwulanan.
Sementara indeks Dow melemah dipicu saham DuPont yang turun 9,23 persen setelah pendapatan produsen kimia itu di luar prediksi.
Adapun sektor S&P turun 1,54 persen. Sementara Nasdaq telah naik 9,7 persen pada 2019, dan Dow naik 7,2 persen.
Kali ini, indeks S&P 500 naik 7,9 persen di Januari, kinerja bulanan terbaik sejak Oktober 2015 dan terbaik sejak Januari 1987.
Â
Pada perdagangan kali ini, investor mencermati janji The Fed yang akan bersabar dalam menaikkan suku bunga lebih lanjut di tahun ini. Janji ini meredakan kekhawatiran tentang pengetatan kondisi keuangan yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Sikap kurangnya kepercayaan pada The Fed sebulan yang lalu, dan itu telah hilang," kata Craig Callahan, Chief Executive Officer Icon Advisors di Denver.
Hasil yang lebih baik dari perkiraan kinerja dari banyak perusahaan AS, dalam beberapa hari terakhir juga memicu optimisme di Wall Street, Callahan menambahkan.
Dari 210 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan hasil kuartal keempatnya, 71 persen tercatat melampaui estimasi laba, menurut data Refinitiv.
Investor sedang menunggu kesimpulan dari pembicaraan tingkat tinggi antara Amerika Serikat dan China, yang bertujuan meredakan perang perdagangan yang telah menghancurkan pasar keuangan di 6 bulan ini.
Pemimpin China, Xi Jinping, mengatakan kepada Presiden AS Donald Trump dalam sebuah surat bahwa ia berharap kedua belah pihak akan dapat segera bertemu untuk mencapai kesepakatan perdagangan sebelum batas waktu 1 Maret.
Volume perdagangan pada kali ini mencapai 9,5 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 7,7 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.