Liputan6.com, Jakarta - Wall Street tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut karena adanya kemungkinan perang dagang yang berkepanjangan antara AS dengan China.
Mengutip Reuters, Rabu (29/5/2019), Dow Jones Industrial Average turun 237,32 poin atau 0,93 persen menjadi 25.348,37. Untuk S&P 500 kehilangan 23,91 poin atau 0,85 persen menjadi 2.802,15. Sedangkan Nasdaq Composite turun 29,66 poin atau 0,39 persen menjadi 7.607,35.
Advertisement
Baca Juga
Presiden AS Donald Trump pada Senin mengatakan bahwa dia belum siap untuk melakukan kesepakatan perjanjian dengan China. Namun memang dia berharap di masa depan akan ada kesepakatan perdagangan yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
Perang tarif terus meningkat antara kedua negara tersebut dan telah menimbulkan kekhawatiran dunia adanya perang tarif tersebut akan menyebabkan perlambatan ekonomi global.
"Sebenarnya Wall Street dibuka dengan baik, tetapi di tengah perdagangan atau menjelang sore langsung mengalami tekanan," jelas Ryan Detrick, analis senior di LPL Financial, Charlotte, North Carolina.
Ketidakpastian akan perang dagang ini telah mendorong investor memborong aset safe-haven, yang menghasilkan benchmark 10-tahun hasil Treasury AS turun ke level terendah sejak Oktober 2017.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Gerak Saham
Sebanyak 11 sektor dalam indeks acuan S&P 500 berada di zona merah. Hanya sektor layanan komunikasi saja yang mampu bertahan di zona positif.
Indeks acuan S&P 500 sudah turun hampir 5 persen dari penutupan tertinggi yang pernah ditorehkan pada 30 April. Sementara indeks Dow Jones Industrial turun untuk minggu kelima berturut-turut pada hari Jumat, penurunan beruntun mingguan terpanjang dalam delapan tahun.
Sektor teknologi, yang turun 7,3 persen bulan ini, juga menyerah di awal perdagangan dan berubah negatif meskipun ada dorongan dari kenaikan saham Total System Services Inc sebesar 4,72 peren.
Perusahaan keuangan Global Payments Inc berencana untuk membeli perusahaan teknologi pembayaran dengan nilai transaksi sekitar USD 21,5 miliar dalam bentuk saham. Saham perusahaan tersebut turun 3,04 persen.
Saham Advanced Micro Devices melonjak 9,80% setelah perusahaan meluncurkan chip baru untuk memperjuangkan pangsa pasar dengan Intel, yang turun 2,24 persen.
Advertisement